Sobat, lewat membaca dan menulis kita bisa mengabadikan sejarah, menyublimasi pikiran dan perasaan diri agar terawetkan melampaui ruang dan waktu, meninggalkan sejarah dengan sebuah jawaban.
Lingkarjatim.com – Sobat, ajaran agama islam sendiri sangat menekankan untuk berpikir luas, agar tidak terjadinya kejumudan dalam menghadapi arus perubahan yang demikian deras ini. Semuanya berwal dari cara penataan pikiran, jika apa yang mempengaruhi pikiran anda masih cara berpikir sempit itu artinya penataan pikiran pun akan berujung kesempitan karena dipengaruhi cara berpikir sempit.
Sobat, buku adalah gudangnya ilmu dan membaca adalah cara agar dapat menjelajahi gudang tersebut. Dengan membiasakan membaca maka pemikiran kita tetap terbarukan. Dalam membaca, kita dihadapkan pada dua macam bacaan: Buku-buku tersurat (tertulis) pada maknba sesungguhnya (tekstual) dan buku-buku yang tersirat, yaitu bacaan kehidupan (kontekstual). Kita tengok saja kisah-kisah kehidupan yang bisa kita ambil hikmah atau pelajaran berharga dibaliknya.
Sobat, tulisan kehidupan yang kita torehkan dalam hidup akan berwajah buruk rupa jika pikiran, perbuatan, dan perilaku kita kurang terpuji. Itulah lembar pengetahuan yang bisa dibaca dari buku kehidupan. Kita adalah pena yang menuliskan kisah pada buku kehidupan diri sendiri.
Sekarang bagaimana menyusun gaya berpikir luas dan kokoh sebagai sebuah perisai sekaligus senjata menghadapi derasnya badai perubahan, yaitu :
- Tidak pernah berputus asa. Putus asa dan pesimis adalah mentalitas yang kerap selalu dan ditemui dalam pribadi=pribadi kalah, sedangkan mentalitas tidak pernah berputus asa adalah mentalitas yang selalu muncul dalam pribadi optimis. Al-Quran menyatakan mereka yang berpikir maju adalah mereka yang tak pernah putus asa terhadap rahmat Allah SWT, pikirannya senantiasa positif karena ia memiliki keyakinan Tuhan akan memberikan rahmat-Nya. ( Silahkan baca QS Yusuf (12) ayat 87).
- Senantiasa berharap dan bertawakal kepada Allah. Berlindung, berpasrah diri kepada kekuatan tanpa batas. Tatkala bersandar tentunya apa yang disadari haruslah sesuatu yang lebih kuat dari yang menyandari. Allah tempat bersandar dan bergantung yang kuat tanpa batas.
- Kerja keras. Melakukan upaya semaksimal mungkin. Bekerja keraslah untuk apa pun yang bermanfaat bagimu, bagi sekelilingmu, lalu mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lalai.
- Optimis dan menjauhi pesimis. Optimis berarti yakin kekuatan diri dan yakin akan kemampuan sendiri.Optimis dan positif jika dipadukan maka akan menjadi kekuatan yang luar biasa bagi manusia sebagaimana contoh yang terjadi pada Thomas Alva Edison.
- Kebiasaan Membaca buku. Rumah menjadi ruang baca. Ruang belajar tidak hanya ada di sekolah formal, menimba ilmu tidak hanya di institusi pendidikan, dan membaca buku tidak hanya berlaku di perpustakaan. Jadikanlah rumah sebagai Crystal of Knowledge kecil, tempat keluarga menimba pengetahuan. Gairah membaca haruslah dimulai dari rumah, dari keluarga, dan dari diri-sendiri. Sempatkan waktu sejenak untuk membaca setiap hari. Ya, setiap hari. Setidaknya 15-30 menit setiap hari.
- Mengoptimalkan potensi diri pada puncak tertinggi dengan cara membaca buku yang terlahir dari para cendekia dan pengalaman kehidupan sendiri maupun orang lain akan memberikan kita bekal keyakinan; di sanalah titik kulminasi (cahaya ilmu) akan muncul menutupi bayang-bayang keraguan, kegagalan, dan juga kebodohan.
Sobat, sebagai akhir dari artikel ini ingatlah jalannya orang-orang sukses di dunia ini tidak akan lepas dari tiga yaitu kesabaran, ketabahan, dan istiqomah . Kita tidak membutuhkan kekuatan lebih besar atau kemampuan lebih besar. Apa yang kita butuhkan adalah memanfaatkan apa yang kita miliki dan anugerah dari Allah SWT.
Salam Dahsyat dan Luar biasa !
( Spiritual Motivator DR. N. Faqih Syarif H, M.Si. Penulis Buku The Power of Spirituality Meraih Sukses tanpa batas. www.faqihsyarif.com. Pengurus Komnasdik jatim )
