BANGKALAN, Lingkarjatim.com – Di rehabnya Pendopo Agung Bangkalan secara besar-besaran membuat banyak pihak resah. Pasalnya dengan di rehabnya bangunan yang berada di dekat alun-alun Bangkalan itu dikhawatirkan akan banyak cagar budaya yang terancam hilang.
Cagar budaya yang ada di dalam Pendopo Agung Bangkalan yang sudah lama tidak diperhatikan seperti Pancah Neteh, Pandabah Emas dan Museum Dhalem.
Salah satu masyarakat yang resah akan hal itu adalah Mistahul Ahyar. Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) itu mengatakan untuk pembangunan infrastruktur yang berhubungan dengan cagar budaya tidak hanya melibatkan para kontraktor dalam pengerjaannya, akan tetapi juga harus melibatkan budayawan, sejarawan. “Bahkan jika perlu melibatkan tokoh yang menjadi ahli waris,” Ujarnya, Sabtu (05/08/2017).
Ia menambahkan seharusnya Pemkab Bangkalan menghadirkan Ketua Yayasan Kesultanan Bangkalan untuk berdiskusi dan turut merancang pembangunan. Karena menurutnya selain Yayasan tersebut beranggotakan anak turun kerajaan Madura Barat, namun jug ada keturunan dari kesultanan Cakraningrat yang masih banyak memahami sejarah dan kebudayaannya. “Sehingga, hal yang akan di bangun tidak menghilangkan makna filosofinya,” Tegasnya.
Pemuda yang akrab dengan keturunan Kesultanan Bangkalan itu juga mengakatan bahwa ahli waris tersebut tak mempunyai hak karena terkendala hukum. Namun ia menilai Pemerintah Bangkalan terlalu sensitif. “Iya, jadi para pejabat Pemkab sedang mengalami gangguan psikologi (paranoid) terhadap kepedulian anak turun Kesultanan Bangkalan dengan sejarah dan budayanya,” Tuturnya.
Dikatakannya, meskipun keturunan kesultanan bukan siapa-siapa, seharusnya pemerintah tidak mempersempit ruang lingkupnya dengan tidak melibatkan ataupun berdialog terlebih dahulu. “Kondisi saat ini terkait pemahaman sejarah dan budaya sangat diperlukan oleh Pemkab dalam menunjang pariwisata,” Pungkasnya. (Zan/Lim)