BANGKALAN, Lingkarjatim.com – Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bangkalan salah satu tugasnya adalah membuat analisa ketersediaan dan kerawanan pangan setiap tahun.
Sayangnya saat ini dinas tersebut mengaku masih kesusahan untuk mencari data eskpor-impor semenjak jalan timbangan di Desa Keleyan, Socah tidak dipakai.
“Kesulitannya dari data itu, semenjak tidak ada timbangan,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Bangkalan, Setiabudi, Kamis (13/09/2018).
Selain itu Setiabudi menjelaskan jika salah satu komoditi terbilang rawan, bukan disebabkan karena gagalnya panen, tetapi karena disebabkan bahan yang dibutuhkan masyarakat tidak diproduksi di Kabupaten Bangkalan.
“Seperti gula merah, kita kan tidak memproduksi,’’ terangnya.
Menurutnya data pada tahun 2018, pangan di Kabupaten Bangkalan lebih surplus. Seperti pangan Beras surplus 100,075 ton, jagung surplus 101.501 ton, ubi kayu surplus 79,763 ton, ikan surplus 5.880 ton dan kedelai surplus 3.980 ton.
Namun berbeda dengan susu. Susu mengalami minus 5.171 liter dan gula pasir minus 10,033 ton, gula merah minus 331 ton. Begitu juga dengan pangan kacang tanah, daging, telur, kacang hijau.
Analisa yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan itu diambil dari data produski masing-masing dinas yang menangani masalah pangan. Seperti halnya Dinas Perdagangan, Dinas Peternakan dan Dinas Perikanan dengan membandingkan jumlah penduduk di Kabupaten Bangkalan.
Lebih lanjut, analisa itu akan diberitahukan kepada masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sebagai bahan evaluasi atau penindakan lebih lanjut.
“Data yang kita dapat dari Dinas Perikanan dan Dinas Pertanian misalnya kita analisa dengan data penduduk dari Dispendukcapil sebagai perbandingan tingkat konsumsinya, jadi kerja kita dari data membuat data kembali,’’ tuturnya. (Zan/Lim)