Tujuh Cabup Sumenep Potensial ‘Muka Lama’ Versi Dosen Unija

Ach Fauzi Wabup Sumenep


SUMENEP, lingkarjatim.com – Isu calon Bupati dan Wakil Bupati Sumenep pada Pilkada tahun 2020 mendatang sudah santer dibicarakan.

Sejumlah wajah lama pelaku politik di kabupaten berlambang kuda terbang pun sudaha muncul ke permukaan. Saat ini, wajah-wajah lama sudah jadi perbincangan di masyarakat. Sebut saja, Wakil Bupati Sumenep saat ini, Ahmad Fauzi yang juga ketua DPC PDI Perjuangan Sumenep.

Pengamat Politik dan Kebijakan Publik dari FISIP Unja Sumenep, Imam Hidayat mengatakan, Ahmad Fauzi adalah nama beken yang masih eksis didunia perpolitikan saat ini, khususnya politik lokal Sumenep.

Fauzi dianggap berpeluang untuk ikut meramaikan pesta demokrasi lima tahunan di Sumenep. Fauzi sendiri merupakan seorang pengusaha yang juga sukses menjadi seorang politisi.

Berpasangan dengan Busyro pada Pilkada 2016, dia menjadi pemenang, dengan perolehan 50,85 persen suara saat itu.



Hanya diusung dua partai, PDI Perjuangan dan PKB, pasangan Busyro-Fauzi mengalahkan pasangan Zainal-Nyi Eva yang didukung partai jauh lebih banyak, yakni Demokrat, PAN, Gerindra, PKS, Hanura, PBB, Golkar, dan PPP.

“Kalau PDI Perjuangan sepertinya akan ke Fauzi. Apalagi beberapa waktu lalu dia sudah menyatakan siap untuk maju sebagai calon bupati. Terlebih, dia salah satu kader potensial PDI Perjuangan saat ini yang sudah dikenal oleh seluruh masyarakat Sumenep,” kata Imam.

Yang menjadi kendala, adalah wakil PDI Perjuangan di DPRD Sumenep. Dengan perolehan 5 kursi, PDI Perjuangan membutuhkan 5 kursi lagi untuk 20 persen.

Solusinya, adalah koalisi. Kata Imam, jika ada pemahaman tujuan yang sama, bukan tidak mungkin PDI Perjuangan akan berkoalisi dengna partai lain, seperti Nasdem yang memiliki wakil 3 kursi dan PKS yang memiliki 2 kursi. Atau bahkan PPP, Demokrat, dan PAN yang sama-sama punya jatah dipimpinan dewan.

“ Kuncinya memiliki kesepahaman untuk koalisi,” tambah Imam.

Berikutnya ada wajah lama dari PKB, seperti Ketua DPC PKB Sumenep, KH. Imam Hasyim, Ketua DPRD Sumenep, A Hamid Ali Munir, anggota DPR RI fraksi PKB, KH. Unais Ali Hisyam.

Dalam dua dekade terakhir, PKB sendiri selalu menjadi penguasa di Sumenep. Mulai KH. Ramdlan Siradj hingga Bupati Sumenep saat ini, KH. Abuya Busyro Karim.

Saat ini, PKB memiliki 10 kursi di DPRD, ditambah 1 wakil dari PBB di fraksi PKB. Artinya, tanpa koalisipun PKB sudah bisa mengusung calon sendiri.

KH. Imam Hasyim sendiri, adalah mantan ketua DPRD Sumenep. Dia dinilai memiliki popularitas tinggi di masyarakat. Terlebih dengan posisi dia sebgai pengasuh salah satu pondok pesantren di Sumenep.

Pemilih di Sumenep akhir-akhir ini, pemilih Sumenep adalah pemilih yang mengutamakan ketokohan, khususnya pemilih figur dari unsur kultural, yakni kuktur pesantren.

Masih politisi PKB, KH. Unais Ali Hisyam, dia juga berlatar belakang kultural. Dia menjabat anggota DPR RI selama dua periode. Artinya, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kiai asal Ambunten itu masih tinggi.

Tentu itu bisa menjadi modal untuk dia ikut berkompetisi pada pilkada mendatang. Nama lain, ada Ketua DPRD Sumenep, A Hamid Ali Munir. Hamid sendiri merupakan anggota DPRD Sumenep lima periode. Artinya, selama ini Hamid adalah orang yang sangat dipercaya oleh masyarakat sebagai politisi.

“Beliau-beliau ini orang-orang yang diprcaya masyarakat selama ini. Artinya, beliau semua berpeluang maju. Ditambah wakil PKB di DPRD saat ini yang memudahkan PKB untuk ngusung calon sendiri. Bahkan, partai-partai lain berpotensi untk melirik dan bergabung dengan PKB. Hanya saja, saya kira PKB punya cara sendiri untuk memilih calon. Baik disisi popularitas dan elektabilitas, dan semacamnya,” jelas dia.

Wajah lama lainnya adalah KH. Ilyasi Siradj, Ketua DPC Gerindra. Dia adalah mantan anggota DPR RI. Tentu memiliki popularitas tinggi, apalagi berlatar belakar kultural.

Bahkan, Pilkada 2010 lalu, dis juga maju sebgai calon bupati Sumenep dari jalur independen.  Hanya saja, sama dengan PDI Perjuangan, Gerindra juga terkendala diparlemen untuk ngusung calon sendiri.

Gerindra sendiri punya 5  kursi. Untuk itu, Gerindra masih butuh koalisi. Kalau melihat pemilu bulan April lalu. Diranah Pilpres Gerindra punya kedekatan dengan PKS, PAN, dan Demokrat.

“Bukan tidak mungkin, koalisi yang ada di Pilpres itu akan terjadi di Sumenep,” kata Imam.

Berikutnya, ada nama Nyai Dewi Khalifah, ketua DPC Hanura Sumenep. Sebagai orang lama, dia sudah beberapa kali mengikuti kontestasi Politik di Sumenep.

Namanya pun menjadi salah satu yang populer di Sumenep. Hanya saja, Hanura Cuma punya tiga wakil di DPRD sehingga butuh koalisi. Melihat fraksi di DPRD Sumenep saat ini, Hanura bergabung dengan Nasdem dan PKS dengan 8 kursi.

”Kalau koalisi fraksi itu bisa solid sampai pilkada, kan Cuma butuh dua kursi lagi, bahkan Demokrat bisa masuk. Pilkada lalu Demokrat juga mendukung Nyi Eva dengan Zainal Abidin,” kata dia.

Terakhir, masih wajah lama, ada nama Soengkono Siddik, Ketua DPC Demokrat dan juga mantan Wakil Bupati Sumenep. Dia berasal kalangan birokrat. Dia mantan Kepala Bappeda Sumenep.

Popularitas dia telah teruji dengan mendampingi Busyro saat itu. Persoalannya pun masih sama. Demokrat juga butuh koalisi.

“Soengkono ini kan sudah dikenal masyarakat. Sebagai ketua partau kans dia untuk maju tinggi. Hanya saja juga butuh koalisi. Pilkada lalu, demokrat berkoalisi dengan semua partai, kecuali PKB dan PDI Perjuangan. Maka tidak menutup kemungkinan koalisi itu bisa terbangun kembali. Bisa dengan PPP, PKS, Nadem, Hanura, atau PAN,” ucapnya.

Namun, Kata Imam, setiap partai punya cara sendiri untuk mengusung calon. Entah dengan berkoalisi dengan partai lain ataupun megusung calon sendiri.

“Nama-nama itu kan sekedar isu. Sekarang kan tinggal nunggu keseriusan mereka. Ataupun tugas langsung dari partai masing-masing. Karena mereka semua kan petugas partai. Tapi yang pasti setiap partai punya pertimbangan sendiri. Karena politik ini sangat dinamis,” kata dia.

Jika tidak ada partai pengusung, apakah kesempatan itu kadas?, “Bisa melalui jalur independen. Meskipun agak sulit dengan persyaratannya. Tapi itu tidak menutup kemungkinan. Buktinya, pada Pilkada Sumenep tahun 2010 silam, sejumlah pasangan calon memilih maju melalui jalur independen,” kata Imam.(Abdus Salam)

Leave a Comment