Pengamat: Jokowi versus SBY di Pilgub Jatim

Pengamat Politik Universitas Brawijaya, Dr Romy Hermawan

SURABAYA, Lingkarjatim.com – Pertarungan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur dinilai tak ubahnya kontestasi antara Joko Widodo (Jokowi) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Konstelasi pun berlangsung dinamis.

“Ya ini memang tak ubahnya Jokowi versus SBY ya. Jokowi sudah menunjukkan sinyal kuat dukungan ke calon yang diusung PDI Perjuangan, yaitu Gus Ipul (Saifullah Yusuf) dan Puti Guntur Soekarno, saat mengundang Puti dalam peringatan Hari Lahir Pancasila awal Juni lalu,” ujar pengamat politik Universitas Brawijaya, Dr Romy Hermawan, Selasa (19/6).

Sinyal dukungan itu makin kuat, lanjut Romy, dengan beredarnya video penjelasan dari Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi tentang alasan presiden RI ke-7 mendukung Gus Ipul-Puti. Seknas Jokowi adalah organ relawan penyokong Jokowi sejak 2014.

“Nah, sinyal-sinyal Pak Jokowi itu lantas ‘dibalas’ oleh SBY dengan melakukan roadshow di Jatim jelang hari H coblosan ini,” kata doktor lulusan Universitas Potsdam Jerman tersebut.

Menurut dia, aroma Jokowi versus SBY di Pilgub Jatim memang sudah terbaca sejak awal. Jatim adalah wilayah “seksi” yang secara elektoral selaku diperebutkan di panggung politik nasional. Dari sisi SBY, Jatim adalah tanah kelahirannya yang secara psikologi politik harus direbut kembali setelah jeblok dalam Pemilu 2014.

Apalagi, dalam sejumlah survei terbaru, elektabilitas Partai Demokrat di Jatim dan nasional belum juga beranjak naik, padahal Pemilu 2019 tinggal hitungan bulan. Survei Alvara Research yang dipublikasikan akhir Mei lalu, misalnya, elektabilitas Demokrat di Jatim baru 6,6 persen. Angka itu tertinggal jauh dari PDIP, PKB, dan Gerindra yang masing-masing menggaet 26,9 persen, 20,8 persen, dan 12,1 persen.

Survei Charta Politica bulan Juni 2018 juga menunjukkan hasil senada. Elektabilitas Demokrat sebesar 6,3 persen, ketinggalan cukup jauh dibanding PKB, PDIP, dan Gerindra yang elektabilitasnya selalu di atas dua digit.

“Dengan posisi seperti itu, menjadi masuk akal jika Demokrat menjadikan Pilgub Jatim sebagai pengungkit suara dengan memanfaatkan Khofifah dan Muslimat NU. Tidak ada makan siang gratis di politik, pasti ada pembicaraan tertentu SBY dan Khofifah, yang bisa jadi arahnya adalah mengarahkan suara Muslimat untuk mengangkat Demokrat,” papar Romy.

Adapun dari sisi Jokowi, Jatim adalah wilayah berpopulasi besar yang harus dimenangkan untuk mendukung pencalonannya kembali sebagai presiden pada Pilpres 2019.

“Yang sudah mendeklarasikan dukungan ke Jokowi kan memang pasangan Gus Ipul dan Puti. Di setiap orasi bahkan Puti selalu menyebut Jokowi. Ini yang akhirnya membuat Jokowi nyaman bila yang menang adalah Gus Ipul dan Puti,” terang Romy.

Dia menambahkan, konstelasi Pilpres juga membuat dinamika antara Jokowi dan SBY semakin dinamis, yang tentu saja menjalar hingga ke daerah-daerah besar yang menghelat Pilkada seperti Jatim.

“Apalagi ada info, AHY sudah hampir pasti tidak akan diakomodasi sebagai cawapres Jokowi karena Jokowi akan menggaet kelompok hijau atau profesional. Itu yang semakin membuat posisi SBY dan Jokowi berhadap-hadapan, termasuk menjalar ke Jatim,” pungkasnya. (red)

Leave a Comment