Megawati & Kecerobohan Komunikasi Politiknya

JAKARTA, LingkarJatim.com- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) beberapa waktu belakangan mendapatkan sorotan publik karena pernyataan Ketua Umumnya, Megawati Soekarnoputri, Megawati yang kerap melabeli partainya sebagai partai wong cilik (rakyat kecil dalam bahasa Jawa) justru kerap melontarkan pernyataan yang bertolak belakang dengan titel itu.

Sehingga pernyataan-pernyataan itu ia sampaikan di forum terbuka dan menjadi konsumsi publik, serta ada dua pernyataan kontroversial Megawati yang masih diingat oleh publik. Pertama soal minyak goreng dan yang kedua terkait tukang bakso.

Seperti yang telah di kutip Media LingkarJatim.com dari Media Kompas.com, Minggu (26/6/2022), yang mana beberapa bulan lalu, Megawati Soekarnoputri menyarankan masyarakat untuk merebus atau mengukus makanan sebagai solusi kelangkaan minyak goreng, dan hal ini disampaikan Megawati ketika masyarakat tengah kesulitan memperoleh minyak goreng di pasaran. Pernyataan Megawati itu pun mendapat cibiran dari masyarakat.

Tak hanya itu, Megawati disorot atas pernyataannya. Ia mengaku heran melihat ibu-ibu rela mengantre berjam-jam demi membeli minyak goreng, dan ia juga mempertanyakan kebiasan para ibu-ibu Indonesia yang terlalu banyak menggoreng.

“Saya sampai mengelus dada, bukan urusan masalah nggak ada atau mahalnya minyak goreng, saya sampai mikir, jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng sampai begitu rebutannya?”, ucap Megawati, Jumat (18/3/2022).

Padahal, menurut Mantan Presiden ke 4 tersebut, masih banyak cara untuk membuat makanan selain menggoreng. Misalnya dengan direbus atau dikukus.

“Apa tidak ada cara untuk merebus, lalu mengukus, atau seperti rujak, apa tidak ada? Itu menu Indonesia lho. Lha kok njelimet (rumit) gitu”, lanjutnya.

Tidak berhenti di situ, Sebulan kemudian, lagi-lagi Megawati berbicara soal antrean minyak goreng, hingga Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu mengaku bingung dengan maraknya warga yang mengantre lama untuk mendapatkan minyak goreng ketika terjadi kelangkaan.

Pasalnya, di saat bersamaan, ibu-ibu juga berbondong-bondong belanja ke pasar untuk membeli baju baru.

“Saya lihat di pasar-pasar sekarang akibat sudah dilepaskannya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), ibu-ibu berbondong-bondong beli baju baru dan sebagainya. Padahal, di sisi lain bingung, mereka antre minyak goreng”, kata Megawati, Rabu (20/4/2022).

Sementara di samping itu, Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo, menilai bahwa komunikasi politik Megawati terkait pernyataan ini cenderung ceroboh, serta tak heran jika rakyat merasa tersakiti atas pernyataan Mega, sebab masyarakat di berbagai daerah berbulan-bulan dalam kondisi sulit akibat kelangkaan dan mahalnya harga minyak.

“Komunikasi politik Bu Mega ini agak ceroboh karena pertama kondisi masyarakat sedang susah”, ucap Kunto, Minggu (20/3/2022).

Sehingga, Kunto menilai, gaya komunikasi Mega ini menunjukkan adanya diskrepansi atau gap yang besar antara elite politik dengan kalangan akar rumput, dan rupanya tak seluruh elite politik menganggap kisruh minyak goreng sebagai masalah prioritas, sementara bagi publik persoalan ini sangat mendasar. (Lut).

Leave a Comment