SURABAYA, Lingkarjatim.com – Meskipun langkah Khofifah Indar Parawansa (KIP) maju di Pilgub Jatim 2018 terbilang lambat, tapi secara mengejutkan dia mampu menggaet partai politik yang dilamar Gus Ipul beralih medukung dirinya.
Parpol tersebut ialah Demokrat, Golkar dan Hanura. Ketiga perpol itu sudah resmi mendeklarasikan mendukung Pasangan Khofifah-Emil Dardak. Bahkan pada Minggu (03/12), KIP menyempatkan hadir ke Rapimwil dan Halaqah Para Kyai PPP di hotel Aria Centra Surabaya untuk menyampaikan visi misinya di depan kader PPP.
Direktur Surabaya Survei Center (SSC), Mochtar W Oetomo membeberkan penyebab beralihnya ketiga parpol tersebut mendukung KIP. Menurutnya kewenangan dalam menentukan cagub berada di DPP (Dewan Pimpinan Pusat) bukan di DPD (Dewan Pimpinan Daerah).
“Kenapa Demokrat, Hanura dan Golkar ke KIP padahal Gus Ipul sudah daftar. Ini jelas bahwa kewenangan, penentuan paslon cagub-cawagub ada di DPP bukan DPD,” Bebernya pada Lingkarjatim.com di Surabaya, Selasa (05/12/2017).
Dia menambahkan, jadi kalau sekarang ada perbedaan di internal partai pengususng KIP, terutama Golkar, Hanura dan bahkan PPP dimana DPD lebih ke Gus Ipul, maka ini menjadi tantangan buat KIP.
“KIP Bagaimana bisa merangkaul partai pengusung di DPD karena sesungguhnya merekalah ujung tombak pemenangan di lapangan nanti. Mengabaikan DPD bisa membuat mesin tidak berjalan optimal dan dalam persaingan sengit bisa jadi bahaya,” Ujar Dosen Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan ini.
Mochtar sapaan akrabnya menilai kedua pasangan calon tersebut sudah berimbang dalam pertarungan di Pilgub Jatim, Gus Ipul-Anas didukung PKB-PDIP. Sedangkan KIP-Emil didukung Demokrat, Golkar, Hanura dan mungkin akan disusul Nasdem dan PPP.
Tentang merapatnya Demokrat, Golkar dan Hanura ke KIP, dia menegaskan peluang poros tengah masih akan terbentuk pada detik-detik terakhir. “Saya rasa Gerindra, PAN dan PKS masih akan berusaha untuk membentuk poros tengah sampai detik akhir. Karena bagi ketiga partai itu sekarang sudah tidak strategis jika bergabung ke Gus Ipul atau KIP. Mereka hanya akan jadi penonton, tidak bisa menjadi pemain penting karena datang belakangan,” Imbuhnya.
“Tidak ada keuntungan elektoral jika bergabung ke Gus Ipul atau KIP, apalagi Gerindra dan PAN punya capres sendiri pada 2019, sementara Gus Ipul dan KIP arahnya jelas ke jokowi,” Tutupnya. (Sul/Lim)