Mentimun (Menuntut Ilmu Tidak Banyak Melamun)

Lingkarjatim.com – Sobat, dunia begitu cepat berubah, dan banyak hal diganti oleh sesuatu yang sama sekali baru. Perubahan Struktur social, perubahan trend, perubahan teknologi, perubahan peta persaingan, banyak juga menghilangkan bisnis tertentu. Karyawan terkena imbasnya. Ratusan ribu jenis pekerjaan lebih mengandalkan mesin, computer dan teknologi daripada ketrampilan tangan manusia, sehingga semakin banyak bidang usaha yang semakin sedikit memerlukan tenaga manusia. Akibatnya banyak orang tidak bisa bekerja dan menjadi pengangguran. Di tengah arus perubahan besar itu kita menghadapi apa yang disebut 5 C yaitu, Critis, Competition, Challenge, Change dan Complicated. Maka untuk dapat bertahan hidup saja diperlukan upaya keras untuk selalu belajar dan memiliki pikiran terbuka, apalagi untuk kaya raya dan Berjaya.

Sobat, oleh karena itu kita harus lebih banyak dituntut untuk terus belajar dan membuka pikiran terhadap apa yang terjadi di dunia. Kita dituntut untuk belajar dari yang terbaik di dunia. Dan ketika zaman berubah, kita harus terus belajar agar mampu berubah, mengikuti atau bahkan memimpin kemajuan zaman.

Bagaimana cara belajar yang efektif ? Pertama, Belajar dari pengalaman – learning by doing adalah proses belajar yang paling berkesan. Kita akan jauh lebih ingat kalau kita mengalami. Kedua, Belajarlah sesuatu apa pun yang bernilai kebaikan dengan cara untuk segera diamalkan, dan diajarkan kepada orang lain dengan cara demikian akan membuat daya ingat terhadap pelajaran itu menjadi jangka panjang dan tidak mudah lupa.Ketiga, belajar melalui proses menganalisis, berpikir dan kemudian menyimpulkan. Ke-empat, belajar secara langsung dari para mentor atau pembimbing.

Berikut ini cara yang paling cepat dan mudah untuk menekuni satu bidang keahlian tertentu menurut Mr. Tung Desem Waringin :

1. 80% waktu belajar kita harus kita pakai untuk belajar dari orang yang terbaik di bidang yang hendak kita ingin kuasai dan pelajari, baik melalui seminar, workshop, bimbingan secara formal atau informal bahak bisa juga secara pertemanan.
2. 20% waktu yang kita alokasikan kita pakai untuk belajar dari siapa pun termasuk dari orang yang gagal, mengapa mereka gagal? Sehingga bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi kita untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
3. 80% waktu yang kita alokasikan untuk belajar, harus kita pakai untuk mempelajari bidang di mana kita ingin sukses. Coba anda bayangkan, jika kita belajar setiap hari 3 jam mengenai sebuah bidang tertentu maka dalam 2 tahun, kita akan menjadi master dalam bidang tersebut, dan dalam 5-10 tahun kita akan menjadi expert setingkat Doktor dalam bidang tersebut.
4. 20% waktu yang kita alokasikan untuk belajar harus kita pakai untuk mempelajari bidang apa pun, termasuk bidang yang tidak kita sukai, untuk membuka wawasan pikiran kita.

Cara belajar ke-lima, belajar secara tidak langsung dari buku, kaset, internet, dsb. Ini adalah cara belajar yang membuat kita mendapatkan paling banyak. Coba anda perhatikan pengarang atau penulis buku yang bermutu rata-rata sudah berumur 30-35 tahun waktu menulis bukunya. Dan ingat ketika mereka menulis, pengalamannya yang sudah sekian puluh tahun ikut mewarnai tulisannya. Kalau misalnya kita anggap rata-rata orang menulis buku berumur 35 tahun. Itu berarti bahwa satu buku senilai dengan 35 tahun pengalaman orang. Ketika saya membaca 1000 buku, pembelajaran saya setara dengan 35.000 tahun pengalaman orang. Subhaanallah!!!

Sekarang sobat, mari sejenak kita belajar cara-cara belajar para ilmuwan muslim pada zaman dahulu. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dan inspirasi dari mereka.

Sobat, dikisahkan bagaimana kesungguhan belajar Ibnu Taimiyyah. Beliau seringkali menyuruh muridnya untuk membacakan buku dari luar, saat beliau sedang berada di kamar mandi. Sewaktu beliau masuk kamar mandi, beliau berkata kepada salah seorang muridnya. “ Bacakan buku ini dan keraskanlah suaramu agar aku bisa mendengarnya dari dalam kamar mandi!”

Ibnu uqail pernah berkata, “ Saya tidak rela waktu saya berlalu begitu saja. Kalaupun lidah saya sudah capek membaca dan mata saya tidak mampu lagi menahan kantuk, sambil berbaring istirahat saya gunakan akal saya untuk berpikir. Saya tidak bangun kecuali sudah terkonsep semua yang saya pikirkan waktu istirahat. Lebih dari itu, semangat dan kesriusan saya pada usia 80 tahunan lebih besar daripada waktu saya berusia 20 tahunan.”

Imam Nawawi meninggal pada usia berkisar 45 tahun dan meninggalkan warisan yang sangat besar beliau meninggalkan ratusan jilid buku dari berbagai cabang ilmu hadits, fiqih, tafsir, dan sebagainya. Waktunya habis untuk menuntut ilmu, bahkan di jalan pun, beliau tetap membaca. Ribuan kitab ia lahab. Ratusan kitab ia persembahkan. Darah air mata, ia curahkan segala kemampuannya untuk kemuliaan islam. Kitab Al-Adzkar, Riyadhus-Shalihin, Arbain Nawawiyyah dan syarahnya adalah karyanya yang sampai saat ini dibaca dan dikaji oleh kaum muslimin benar-benar menyejarah dan jadi berkah dan amal jariyyah. Karyanya melebihi usianya. Subhaanallah!

Malam kian larut. Hawa dingin menyeruak masuk bersama angin malam yang dingin. Namun, ia masih tak bergeser dari tempat duduknya ia sedang sibuk menumpahkan ide dan gagasannya pada lembaran kertas dihadapannya. Sudah ada puluhan kertas bertumpuk dari hasil coretan-coretan tangannya. Tiba-tiba, semilir angin meniup lilin yang sedang menerangi ruangan. Lilin itu padam. Seketika ruangan menjadi gelap gulita. Terpaksa dia harus berhenti menulis sejenak, kemudian bangkit menyalakan lilin tersebut. Lampu lilin kembali menyala dan ia pun kembali asyik menulis. Terhitung 40 kali lebih angin memadamkan lilinnya dan kembali pula dia menyalakan dan meneruskan menuliskan buah pikirannya dengan penuh semangat seakan tak mengenal lelah. Tahukah sobat siapakah anak muda ini?

Beliau adalah Imam muda yang menjadi gurunya para ulama di masjidil haram. Siapa lagi kalau bukan Imam Idris As-Syafi’i. Tak kita ragukan lagi, karya-karya besarnya berpuluh-puluh jilid jumlahnya.

Sobat, mungkin sudah mengetahui diantara karya monumentalnya tentang ilmu ushul fiqh Ar-Risalah dan Al-Umm menjadi bukti kehebatan ilmunya. Pada usia 10 tahun beliau sudah hafal Al-Qur’an. Pada usia 12 tahun sudah hafal kitab hadits Muwatha yang berjumlah 1720 hadits. Dan pada usia 15 tahun beliau sudah menjadi mufti di kota Madinah. Subhaanallah.

Lantas, apa rahasia di balik kesuksesan mereka di atas? Ternyata rahasia kesuksesan mereka terletak pada semangat belajar yang luar biasa, kemampuan manajemen dan menghargai waktu. Sederhana bukan? Pasti kita bisa mengambil teladan dari mereka asalkan kita mau dan sungguh-sungguh. Salam Dahsyat dan Luar Biasa !

Keutamaan Ilmu dibanding Harta

Dalam keberkahan sobat, Ilmu adalah pengikat kebajikan. Sebaliknya jika ilmu itu tiada, maka kebajikan pun pergi dari para hamba. Tanpa ilmu si kaya tak lagi mampu bertaqwa. Tanpa ilmu, harta-harta kehilangan guna dan makna. Tanpa ilmu dan taqwa, hawa nafsu tak terkendali untuk menjadikan harta sebagai pemuas syahwat dalam berbagai maksiat. Kerusakan terjadi bagi diri, keuarga, dan sesama. Berkah telah lari, sebab ilmu yang mengikatnya tiada lagi.

Pesan Saydina Ali Ibn Abi Tahlib : ” Ilmu lebih utama daripada harta, awal-awal sebab ia adalah warisan para Rasul dan Nabi-nabi. Sementara harta berupa emas, perak, dan permata dilunsurkan Fir’aun, Qarun dan raja-raja.”

yang kedua, ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu menjaga pemiliknya, sedang pemilik harta bersusah payah memelihara kekayaannya.

yang ketiga, ilmu lebih utama daripada harta, karena jika ilmu menguasai harta, akan menjadi mulialah kedua-duanya. Sebaliknya, jika harta menguasai ilmu, kan menjadi hinalah keduanya.

yang keempat, ilmu lebih utama dibanding harta, karena ilmu setia menyertai pemiliknya menuju kematian, kebangkitan dan akhiratnya. Adapun harta tak mau ikut dan tetap tinggal di dunia. yang kelima, ilmu lebih utama dari harta, sebab kekayaan akan berkurang jika dibelanjakan, sedangkan pengetahuan bertambah jika dibagikan.
yang keenam, ilmu lebih utama dibanding harta, sebab pemilik ilmu terhormat dan diperlukan oleh semua insan;dari rakyat jelata hingga para raja. Adapun harta hanya berguna dalam kebutuhan para faqir dan dhu’afa. Yang ketujuh, ilmu lebih utama daripada harta, sebab bagi pemilik harta, akan bermunculan musuh jahat dan kawan tak tulus. Adapun empunya ilmu, berarti memperbanyak saudara dan kawan serta mengurangi seteru.

Yang kedelapan, Ilmu lebih utama daripada harta, sebab pemilik harta hanya digelari yang baik-baik jika mau memberi. Adapun ahli ilmu digelari yang baik-baik sejak belajar, terlebih ketika mengajar.

Yang kesembilan, ilmu lebih utama daripada harta, sebab ketamakan pada ilmu memuliakan mereka yang masih bodoh maupun para cendekia. Sebaliknya, tamak terhadap harta menistakan yang miskin juga yang sudah kaya.

Yang kesepuluh, Ilmu lebih utama daripada harta, sebab di akherat, pemilik harta akan rumit urusan dan berbelit hisabnya, sedangkan pelajar dan pengajar ilmu akan mendapat kemudahan dan syafa’at Nabinya.

Yang kesebelas, Ilmu lebih utama dibanding harta, sebab kemuliaan pemilik harta ada pada pernak-pernik kekayaan yang terletak di luar dirinya. Adapun keluhuran ahli ilmu adalah pengetahuan yang menyatu bersama sosoknya. Yang kedua belas, Ilmu lebih utama dibanding harta, sebab semua ibadah dan ketaatan pada Allah, harus dilakukan dengan ilmu. Tapi banyak kemaksiatan keji dan mungkar, dapat dilakukan dengan harta.

yang ketiga belas, Ilmu lebih utama dibanding harta, sebab Adam diciptakan, lalu dibekali Ilmu, dan bukannya harta, yang membuatnya unggul di hadapan para malaikat dan menerima sujud penghormatan mereka. Yang keempat belas, Ilmu lebih utama dibandingkan harta, sebab mencintai ilmu, baik bagi yang memilikinya maupun tidak, adalah mata air kebajikan. Adapun mencintai harta, baik di kala berpunya maupun papa, adalah sumber keburukan.

Yang kelima belas, Ilmu lebih utama daripada harta,karena harta menyergapkan kesedihan sebelum mendapatkannya dan mencekamkan kekhawatiran setelah memperolehnya. Adapun Ilmu adalah kegembiraan dan keamanan, kapan pun dan di mana pun berada.
Yang keenam belas, Ilmu lebih utama daripada harta, karena agak sukar menemukan kemaksiatan yang ditujukan untuk memperoleh ilmu. Namun, bertabur banyaknya dosa-dosa yang ditujukan demi mendapatkan harta.

Yang ketujuh belas, Ilmu lebih utama dibandingkan harta, Sebab Rabb kita menciptakan makhluk pertamanya berupa Pena, menurunkan wahyu pertama pada Nabi-Nya dengan kalimat ” Iqra’ – Baca “, dan menjadikan mukjizat utama Rasulullah SAW adalah Kitab-Nya.

Yang kedelapan belas, Ilmu lebih utama dibandingkan Harta, Sebab Harta bisa mulia dan membawa ke surga jika dimakmumkan kepada Ilmu. Adapun Ilmu tak harus disertai harta untuk menjadikan pemiliknya begitu.

Yang kesembilan belas, Ilmu lebih utama dibandingkan harta, sebab orang yang berharta lagi berilmu yang berinfaq, pahalanya disamakan oleh Rasulullah SAW dengan orang berilmu yang miskin yang baru niat untuk itu.

Yang kedua puluh, Ilmu lebih utama dibandingkan harta, sebab para pemilik harta mudah dijangkiti kesombongan hingga mengaku tuhan. Adapun para pemilik Ilmu dikaruniahi sifat takut kepada Allah dan rendah hati terhadap sesama insan. Demikian penjelasan Saydina Ali ra mengenai keutamaan Ilmu dibandingkan denga harta.

Sobat, Dalam keberkahan, Gairah kita untuk ilmu adalah semangat agar hidup kita diperbaiki. Gelora kita untuk Ilmu adalah hasrat agar perjalanan kita di dunia dijelitakan. Segala puji bagi Allah, Rabb Yang Mencipta dan Memberi Pengajaran.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa ! ( Spiritual Motivator – N. Faqih Syarif H Penulis Buku-buku Motivasi dan Spiritual. www.faqihsyarif.net )

Makalah Bedah Buku The Power of Spirituality di Kampus IAIN Tulung Agung Jawa Timur 18 Oktober 2018

Leave a Comment