Temuan Garam Kesehatan dan Gaya Hidup dari UTM Belum Bisa Produksi Massal, Ini Sebabnya

Kemasan garam gaya hidup dan kesehatan yang diciptakan UTM

BANGKALAN, Lingkarjatim.com – Tim peneliti dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) berhasil menciptakan produk garam baru, yaitu jenis garam untuk kesehatan dan gaya hidup.

Hal itu merupakan terobosan baru berkat hasil kerja keras tim penelitian UTM.

Hanya saja ada kendala dalam proses produksi hasil temuan garam tersebut, yaitu tidak bisa di produksi secara massal.

Hal itu dikatakan oleh Ketua Tim Mahfud Effendi. Menurutnya garam healthy dan lifestyle tersebut jika dikonsumsi oleh masyarakat sebenarnya tidak masalah.

Hanya saja, garam itu tidak dapat diproduksi secara massal karena ada peraturan pemerintah yang harus sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu diatas 94%.

“Memang garam healthy itu yang kita punya masih dibawah 94%, makanya kalau nggak sesuai SNI tidak bisa buat garam kaya mineral mas, tapi untuk dikonsumsi sebenarnya tidak masalah,” jelasnya, Kamis (12/4/2018).

Oleh sebab itu, dirinya berjanji akan mengawal proses produksi secara massal untuk kedua produk garam tersebut.

“Makanya nanti akan saya tanyakan ke pimpinan kapan kira-kira akan diproduksi massal,” katanya.

Selain itu kata Mahfud, juga butuh Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni untuk pengembangan garam dan juag perlu adanya dukungan banyak pihak.

Selain itu salah satu kendalanya adalah UTM belum memiliki modal untuk memproduksi berupa ladang produksi garam sehat. Oleh karena itu pihaknya berencana untuk membuat ladang produksi garam.

“Kita sudah punya ladang di Pamekasan, seperti Institute Garam Indonesia (IGI) itu, hanya saja kita belum memiliki dana untuk nyetak lahan itu,” tuturnya.

Sementara itu rektor UTM, Muh Syarif mengatakan hasil inovasi turunan garam lifestyle dan healthy itu akan semoga bisa ditidaklanjuti.

“Kalau kita bisa ditindaklanjuti maka masyarakat bisa menikmati nilai tambah khususnya di ekonomi dan kesejahteraannya, saya ini sangat luar biasa,” terangnya.

Terkait lahan, Muh Syarif menjelaskan kalau lokasi yang sangat bagus ada di sekitar kampus UTM.

“Kami ingin IGI ini dibangun di kampus ini, nanti akan dibantu oleh pemerintah pusat, tinggal kita koordinasi dengan kementerian terkait,” tuturnya.

Oleh karena itu, Muh Syarif dalam waktu dekat akan melaporkan ke Kemenristekdikti terkait perkembangan garam ini.

“Untuk kawasan sains teknologi garamnya tetap ada di Pamekasan karena kita ada lahan penelitian di sana sekitar 4 hektar dan bekerjasama dengan PT Garam untuk UTM itu ada 18 hektar yang akan kita lakukan pengembangan,” terang Syarif. (Zan/Lim)

Leave a Comment