PMB Sebar Banner ‘Menolak Tegas Berdirinya Minimarket Waralaba di Kecamatan Geger’

Anggota PMB saat menyebarkan banner tolak Minimarket waralaba. (istimewa)

BANGKALAN, Lingkarjatim.com– Banyaknya usaha Minimarket waralaba yang masuk ke tingkat desa seperti Alfamaret, indomaret dan jenis Usaha lain yang hampir satu konsep dengan Waralaba mengakibatkan banyak usaha kecil atau toko toko kecil milik masyarakat setempat harus gulung tikar karena kalah dalam bersaing.

Untuk menjaga dan melindungi usaha masyarakat kecil dan toko toko kecil yang masih keterbatasan modal dan sistem pengelolaan, Pemuda Madura Bersatu (PMB) melakukan aksi penolakan dengan menyebarkan puluhan banner sepanjang jalan di kecamatan Geger yang bertuliskan ‘Menolak keras mini market warabala (Indomart, Alfamart, Alfamidi, dll) di Kecamatan Geger’.

“Kami menolak keras berdirinya mini market waralaba di Kecamatan Geger demi melindungi pedagang lokal dan ekonomi masyarakat kecil”. tutur Mohammad Sholeh ketua Pemuda Madura Bersatu (PMB), Sabtu (08/12/2018).

Tujuan dari adanya penolakan tersebut Kata dia, untuk ikut andil dalam memproteksi masuknya Mini Market Waralaba di tingkat Desa di Kecamatan Geger.

Sebab, Kecamatan Geger termasuk salah satu kecamatan yang cukup strategis untuk dijadikan lokasi usaha waralaba. Apalagi Tutur dia, sebentar lagi pelabuhan internasional Bulupandan akan dibangun. Sebagai kecamatan terdekat tentu akan terdampak arusnya.

“Makanya kita harus kuat proteksinya sebelum kita jadi tamu di daerah sendiri”. ucap Sholeh kepada wartawan Lingkarjatim.com.

Selain itu lanjut Sholeh Abdijaya (sapaan akrabnya), sebelum jenis usaha seperti waralaba ini menjamur di kecamatan Geger, maka harus segera disikapi dengan cepat.

“Karena kalau bergerak setelah dibangun atau bahkan sudah ada, ya terlambat, maka sebelum terlambat harus di tolak,” jelasnya.

Menurutnya, di kecamatan geger bukan kekurangan pedagang, tapi masih kekurangan akses modal dan konsep yang perlu diperbaiki.

“Kita lakukan pencegahan sebelum semuanya terlambat. Kan kasian pedagang kecil kalau harus bersaing dengan usaha raksasa yang sudah hampir ada di seluruh Indonesia ini,” tuturnya.

“Logikanya, orang dari luar mau masuk ke kecamatan Geger dengan mendirikan usaha besar, sedangkan orang Geger sendiri harus keluar alias terbuang karena kalah modal, tentunya kita tidak mengingkan seperti itu, kita harus berdikari dan berdaya di daerah sendiri,” tambah Sholeh.

Untuk mengimbangi persaingan yang tidak sehat dalam bidang ekonomi, utamanya di plosok Desa seperti Geger, Pemuda Madura Bersatu menyatukan tekad menolak pembangunan Wiralaba dan juga beri’tikad dengan baik untuk terus melakukan pemberdayaan masyarakat Desa.

“Kami sekarang fokus penolakan dan penyadaran masyarakat desa untuk menjaga daerah kita dari pemilik modal yang hanya ingin menguasai. Selanjutnya jika masih diberi kesehatan dan kekuatan akan terus melakukan pemberdayaan dan penyadaran agar masyarakat Desa bisa Berdikari,” katanya.

Oleh karena itu Sholeh berharap kepada pemerintah Bangkalan baik Bupati mapun Dinas perizinan untuk tidak terlalu longgar dalam memberikan perizinannya jika bertempat di Desa.

Dia pun meminta agar ada pengkajian tentang penguatan melalui Peraturan daerah (Perda) terkait dengan masuknya Mini Market Waralaba menjamur ke desa desa.

“Kami memohon kepada pemerintah Bangkalan dalam hal ini harus ada kebijakan yang pro Rakyat, kita harus ikut serta menjaga marwah rakyat kecil di pedesaan. Karena jantung indonesia ini ya ada di kota”. harapnya. (Zan/Atep/Lim)

Leave a Comment