BANGKALAN, Lingkarjatim.com – Sebagian pengrajin emban cincin di Desa Tragah, Kecamatan Tragah, Bangkalan hingga saat ini masih bertahan meskipun penghasilan mereka dari pembuatan emban cincin tak lagi produktif lantaran banyaknya pembuat emban cincin dengan mesin dan harga yang relatif murah.
Meskipun demikian mereka tetap bertahan demi menjaga dan melestarikan warisan nenek moyangnya. Pasalnya, mereka menjadi pengrajin emban cincin sudah turun temurun.
Semisal salah satu kelompok pengrajin yang dipimpin oleh Syamsul Arif yang hingga saat ini masih tetap melestarikan kerajinan emban cincin.
Sebagai pengepul, Syamsul menceritakan bahwa di kelompoknya dulunya terdapat sekitar 120 pengrajin emban cincin sebelum akhirnya banyak yang memutuskan merantau demi mendapatkan penghasilan yang layak.
“Dulu sebelum ada mesin yang membuat emban cincin disini rata-rata menjadi pengrajin emban cincin, tapi kini mereka memilih merantau karena pendapatan dari emban cincin sekarang sudah tidak menentu. Kalah bersaing di pasaran dengan emban cincin yang dibuat menggunakan mesin,” ungkapnya, Kamis (13/12/2018).
Menurut dia, untuk harga per emban cincin bergantung dari berat gram dan modifnya. Pembuatan emban cincin tidak mudah, para pengrajin harus bena-benar ulet dan teliti. Dalam sehari mereka bisa memproduksi 5 emban cincin.
“Cara pembuatannya, bahannya dilebur dulu, setelah itu digiling, baru setelah itu pembentukan. Nah di pembentukan ini yang lama, minimal memakan waktu 1 jam setengah, terakhir penghalusan,” paparnya.
Oleh karena itu Kepala Desa Tragah Idrus berharap pemerintah bisa memfasilitasi warganya yang menjadi pengrajin emban cincin dalam segi pemasaran. Sebab, pendapatan mereka hanya dari emban cincin.
“Mudah mudahan dengan adanya jual beli online Pemerintah Bangkalan bisa memfasilitasi hasil kerajinan emban cincin di Desa Kami,” singkatnya. (Atep/Lim)