Pengamat: Politik Olok-olok Hanya Meningkatkan Fitnah dan Kebencian

foto : Surokim Abdus Salam, Pengamat Politik UTM

BANGKALAN, Lingkarjatim.com – Dalam politik terkadang sering menggunakan segala cara untuk memenangkan pertarungan dan menjatuhkan lawan. Apalagi dengan hadirnya media sosial (Medsos) yang sering kali dipergunakan untuk saling menghujat.

Oleh karena itu, semua pihak harus lebih arif melihat peradaban politik di Negeri ini, khususnya di Bangkalan. Sehingga mampu menciptakan aktivitas politik yang lebih intens dan rasional. Hal itu diungkapkan oleh Surokim Abdussalam Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM).

Menurutnya, salah satunya dengan cara pertarungan ide dan gagasan yang lebih mengedepankan kontestasi program. Dengan demikian ia meyakini dapat meningkatkan kualitas politik warga yang setara dan bersifat terbuka dan komunikatif.

“Ya menurut saya, politik olok-olok hanya akan membawa penguatan kebencian, fitnah dan saling menciderai dan bisa meningkatkan tensi konflik di masyarakat bawah,” kata Surokim, Minggu (10/6/2018).

Jika menginginkan bangunan politik di Bangkalan yang lebih sehat dan demokratis, semua pihak harus menyadari dan bergerak bersama untuk menuju politik yang respek dan saling menghormati satu sama lain.

Sebab, Politik yang dibangun diatas kebencian hanya melahirkan politik kekuasaan yang membutakan kebaikan bersama dan tentunya meningkatkan tensi gesekan di level bawah.

Oleh sebab itu kata Surokim, semua pihak harus disadarkan bahwa kekuasaan itu hanya bisa diraih melalui jalan yang baik dan elegan. Artinya mengeksplorasi jalan kebaikan.

“Ya negatif campaign, apalagi black campaign, sesungguhnya hanya untuk politik jangka pendek dan tidak memberi kontribusi politik Bangkalan jangka panjang, jadi menurut saya lebih baik mengesplorasi politik gagasan saja,” terang Pengamat asal Lamongan itu.

Pemilih rasional di Bangkalan juga bergerak signifikan, dan itu potensial menjadi swing voters yang bisa melimpah pada calon yang teguh pada jalan kebaikan.

“Swing voterĀ adalah istilah untuk merujuk pada kelompok pemilih yang pada Pilkada sebelumnya mendukung A, tetapi pada Pilkada mendatang dapat berubah mendukung B,” tutup Surokim. (Gazan/Atep/Lim)

Leave a Comment