Nur Awwalia, Perawat Teladan di Bangkalan Berkat Dedikasinya pada Masyarakat

Nur Awwalia bidan teladan versi lingkar jatim saat melakukan kegiatan

BANGKALAN, Lingkarjatim.com – Nur Awwalia, Perempuan kelahiran Pacitan 22 Juni 1981 menjadi pemenang penghargaan yang diberikan Lingkar Jatim terhadap tenaga kesehatan teladan yang ada di Bangkalan.

Ia terpilih menjadi pemenang berkat dedikasinya yang luar biasa kepada masyarakat Bangkalan khususnya di Kecamatan Tanah Merah tempat ia bertugas.

Sejak tahun 2004 ia mengabdikan dirinya dirinya di Puskesmas Tanah Merah sebagai perawat UGD dan rawat inap.

Berkat ketekunannya dalam bekerja, pada tahun 2011 ia dipercaya untuk penjadi Kepala Puskesmas Pembantu (Pustu) Pangeleyan, Tanah Merah.

Banyak hal tantangan yang ia hadapi semenjak bertugas di Kabupaten Bangkalan. Salah satunya adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan sejak dini.

“Rata-rata masyarakat desa itu sangat sulit untuk membawa bayinya ke Posyandu,” ujarnya, Sabtu (12/5/2018).

Menurutnya banyak yang beranggapan bahwa imunisasi hanya membuat anak menderita panas, sakit dan rewel. Hal itulah yang membuat orang tua enggan membawa anaknya ke posyandu untuk imunisasi

“Jangankan untuk imunisasi, untuk ditimbang saja susah sekali,” imbuhnya.

Tidak diijinkan oleh suami, mertua atau orang tua dari ibu bayi juga menjadi tantangan tersendiri baginya dalam pelaksanaan imunisasi.

“Menunda atau mengganggu pekerjaan mereka dimana pekerjaan mereka sebagian besar petani,” tuturnya.

Pagi-pagi sekali harus pergi kesawah dan pulang siang untuk makan, mandi, solat dan kemudian berangkat lagi ke sawah.

“Jadi apabila mereka harus membawa anaknya ke Posyandu di jam-jam mereka bekerja hal ini akan sangat menggangu pekerjaan mereka,” jelasnya.

Namun meski demikian ia tidak putus asa untuk memperbaiki status imunisasi khususnya di Desa Pangeleyan tempat ia bertugas. Dengan permasalahan yang demikian membuat dirinya termotivasi.

Akhirnya ia melakukan teknik door to door untuk melakukan imunisasi dirumah masing-masing anak.

“Sampai-sampai saya harus mendatangi bayi ke sawah karena dibawa orang tuanya ke sawah,” katanya.

Selain melakukan imunisasi door to door ia juga tetap melakukan penyuluhan pentingnya imunisasi bagi dan balita meskipun ketanggapan para orang tua tidak terlalu cepat dikarena rata-rata status pendidikannya rendah.

“Kegiatan door to door ini saya lakukan berbulan-bulan,” ceritnya.

Akhirnya dengan berjalannya waktu dan kegigihan usahanya sedikit demi sedikit kesadaran masyarakat desa mulai terbuka dan satu-persatu orang tua bayi dan balita membawa sendiri anaknya ke Posyandu tanpa harus diingatkan.

“Saya sangat mengapresiasi dengan sadarnya para orang tua bayi dan balita terhadap pentingnya imunisasai,” pungkasnya. (Lim)

Leave a Comment