Momentum Harkitnas, Aktivis Peace Train Ajak Jaga Perdamaian Negara

Anggota Peace Train saat di Rumah ibadah umat Hindu, Pura Agung Wira Loka Natha-Bandung

BANGKALAN, Lingkarjatim.com – Perempuan yang biasa dikenal dengan Ela Persi ini aktif di organisasi Peace Train Indonesia.
Perempuan asli Desa Baipajung, Kecamatan Tanah Merah, Bangkalan ini sangat cinta dengan kedamaian.

Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dirinya mengajak semua elemen masyarakat untuk menjaga toleransi beragama.

“Bom bunuh diri itu bukan atas nama agama, karena setiap agama mengajarkan kedamaian bagi umatnya,” terangnya, Selasa (22/05/2018).

Organisasi Boedi Oetomo dirikan pada 20 Mei 1908, artinya Harkitnas sudah berumur 110 tahun pada tahun 2018 sekarang.
Organisasi ini digagas oleh Sutomo, Wahidin Sudiro Hosodo dan tokoh lainnya.

“Organisasi ini bergerak dalam bidang pendidikan, ekonomi dan sosial budaya. Tentu, terbentuknya Organisasi Boedi Oetomo ini bertujuan untuk persatuan dan kesatuan bangsa dengan membebaskan diri dari tekanan bangsa lain,” ujarnya.

Kata Ela, Indonesia terdiri dari masyarakat yang majemuk, baik dari agama, budaya, tradisi dan bahasa. Hal itu dikenal dengan istilah “Bhineka Tunggal Ika” yaitu meskipun berbeda-beda tapi tetap satu tujuan yaitu Indonesia.

“Tapi, tidak semua aliran agama berada dalam konteks yang inklusif. Akhir-akhir ini sering kali kita temui gerakan radikal. Dimana gerakan ini telah membuat resah masyarakat kita. Seperti yang terjadi pada tanggal 13 Mei 2018 yaitu serangan bom bunuh diri di 3 gereja Surabaya dan beberapa kasus serupa di kota lainnya,” kata dia.

Tentu, tidak hanya satu dan dua orang saja yang terekrut dalam gerakan radikal tapi sudah ratusan bahkan mungkin mencapai ribuan. Jika hal ini dibiarkan maka akan mengancam perdamaian negara ini.

Oleh karena itu perlu adanya pembangunan dan menjaga perdamaian. Dimana dalam teori perdamaian dikenal dengan istilah membentuk perdamaian (Peacebuilding) dan menjaga perdamaian (Peacekeeping).

Salah satu jawabannya adalah pembinaan, perlu adanya pembinaan atau training perdamaian untuk masyarakat luas, khususnya pemuda. Kenapa pemuda? Karena ini adalah bagian pencegahan dari dini. Semakin pemuda memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman, maka cara berfikir mereka akan semakin terbuka (open minded).

“Dengan begitu mereka tidak akan mudah dipengaruhi oleh doktrin-doktrin radikalisme,” tuturnya.

Mengingat teroris menargetkan diri dengan membunuh orang kafir versi mereka, maka pemuda harus dikenalkan dengan agama-agama lain maupun aliran kepercayaan dan kebatinan.

“Supaya prasangka mereka terhadap penganut agama lain menjadi positif dan tidak terpengaruh oleh stereotip masyarakat umum,” jelasnya.

Ela Persi menegaskan peran perempuan dalam pencegahan radikalisme. Mengingat salah satu pelaku bom bunuh diri adalah seorang ibu yang rela mengorbankan anak-anak meraka.

Saat ini banyak sekali training-training perdamaian yang bisa dijadikan wadah oleh anak-anak muda untuk menjadi wadah terciptanya perdamaian.

“Peace Train Indonesia selalu mengajak dan mengajarkan kepada masyarakat untuk toleransi terhadap agama lain, dimana program ini disesuaikan dengan kids jaman now yang suka travelling atau menjadi backpaker yaitu kereta perdamaian yang mengunjungi rumah ibadah setiap agama dan aliran kepercayaan,” tegasnya.

Oleh karena itu ia mengajak manfaatkan momentum Harkitnas ini untuk mempererat tali persaudaraan sesama manusia, ciptakan toleransi dan kerukunan antarumat beragama untuk mencegah semakin banyaknya benih-benih radikalisme. (Zan/Lim)

Leave a Comment