Bagian Gedung Dinkes Sumenep Runtuh, Ketua DPRD Minta Pemerintah Berikan Tindakan Tegas pada Rekanan

Bagian Gedung Dinkes yang Runtuh (Kanan), Ketua DPRD Sumenep, A Hamid Ali Munir (Kiri)/Istimewa

SUMENEP, Lingkarjatim.com — Konsol beton dan benangan bagian belakang gedung Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumenep, Jawa Timur runtuh. Konsol beton dan benangan bagian belakang gedung yang dibangun tahun 2014 ini diketahui runtuh oleh salah satu staf Dinkes, Rabu (20/05) kemarin sekitar pukul 11.00 WIB.

Kepala Dinkes Sumenep, Agus Mulyono mengaku tidak tahu penyebab bagian gedung itu runtuh. Menurutnya, saat bagian gedung itu runtuh, dia sedang berada di Kantor Pemkab Sumenep.

“Kejadiannya, saat saya sedang mengikuti rapat di Pemda,” katanya.

Gedung Dinkes ini baru dibangun tahun 2014 lalu dengan anggaran Rp 4,5 miliar yang bersumber dari APBD. Kualitas kontruksi gedung ini memang memprihatinkan, sejumlah bagian gedung sudah mulai retak.

Sebenarnya, kualitas bangunan gedung ini memang sudah masalah. Ada dugaan tindak pidana korupsi didalamnya.

Atas dugaan ini, Polres Sumenep sudah menetapkan dua orang tersangka berinisial I dan A. Mereka dinilai bertanggungjawab atas adanya kerugian negara dari pembangunan gedung tersebut.

Beberapa waktu lalu, salah seorang tersangka berinisial I itu sempat mengajukan praperadilan ke Pengadilan Negeri Sumenep. Namun, I kalah dalam sidang putusan, sehingga penetapannya sebagai tersangka dianggap sah.

Menanggapu mulai runtuhnya bagian gedung tersebut, Ketua DPRD Sumenep, Hamid Ali Munir mengatakan, terkait kualitas kontruksi bangunan tersebut, tidak ada kaitannya dengan dinas terkait. Namun, kata dia hal itu berkaitan dengan pihak rekanan.

Untuk itu, pihaknya meminta pemerintah memberikan pelajaran pada pihak rekanan yang mengerjakan pembangunan gedung tersebut. “Saya khawatir rekanan itu ternyata jadi mitra emasnya pemerintah daerah saat ini,” kata Hamid kepada media ini, Kamis (21/05).

Ia menjelaskan, sekilas dari foto reruntuhan yang beredar, pasir yang digunakan bukanlah pasir hitam, melainkan pasir putih atau pasir lokal. Sehingga diperlukan ketegasan dari semua pihak yang terlibat dalam pembangunan gedung tersebut. Kata dia, semua pihak yang terlibat kala itu sampai saat ini masih hidup.

“Jangan ada toleransi. Kalau pekerjaannya jelek seperti itu, (rekanan) jangan dikasi (pekerjaan proyek) lagi. Kalau masih main-main kedip mata, ini tidak serius namanya,” tukasnya. (Abdus Salam).

Leave a Comment