Tentang Sampah di Bangkalan yang Tak Bertuan

Wabup Mohni, Muhyi dan Aliman Harish

Oleh: Ahmat Annur

Di sela acara bedah film: Sang Kyai oleh B One Centre di Perumahan Pondok Halim 2, Sabtu (16/11) malam.

Sebuah perbincangan menarik perhatian saya, antara  Direktur Lingkarjatim.com Aliman Haris, Ketua Dewan Kesehatan Rakyat Muhyi dan Wakil Bupati Bangkalan Mohni.

Percakapan itu dimulai Aliman Haris dengan melontarkan sebuah pertanyaan kepada Muhyi dan Mohni. “Apa itu stunting?” Katanya. Aliman menanyakan ini karena di Bangkalan stanting ini berada dalam zona merah.

Perlahan Muhyi menjelaskan bahwasanya stunting itu adalah kondisi di mana pertumbuhan anak terhambat sehingga perawakannya pendek atau tidak sesuai dengan pertumbuhan standar berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Sedang Wabup Mohni mengatakan diantara penyebab stunting bisa dari pola makan ikan, di mana ikan di laut sudah banyak tercemar limbah sampah.

Obrolan kian menarik, karena dari stunting, temanya lantas melebar kemana-mana. Wabup Mohni misalnya melebarkan obrolan ke masalah sampah. Saya berharap beliau punya solusi jitu mengatasi masalah sampah yang akut ini.

Melihat kondisi Bangkalan saat ini, persoalan sampanh memang sangat memilukan. Mulai dari aliran sungai hingga pinggiran pantai, banyak ditemukan sampah. Semoga saja persoalan sampah di Bangkalan segera dapat perhatian khusus dari pemkab.

Dalam tulisan ini sebenarnya saya hanya mau menyampaikan sebuah keresahan terhadap kondisi Bangkalan yang amat kumuh ini. Sampah sampah berserakan dimana mana.

Bahkan di depan kantor dinas saja penuh dengan sampah alias menjadi tempat pembuangan sampah.

Lihatlah sepanjang jalan Ring Road, di depan kantor PLN Bangkalan, pelabuhan Kamal, jalan Akses UTM, daerah Bencaran dan lain lainnya yang tak dapat saya sebutkan di dalam tulisan ini.

Logika pembangunannya bagi saya adalah  “Bagaimana pemerintah Bangkalan bisa menata Bangkalan dan menata Kabupaten Bangkalan, apalagi mensejahterakan Kabupaten Bangkalan, wong pada perkara ketok (kelihatan) saja bahasa orang jawanya mereka tidak bisa menyelesaikan alias dibiarkan”.

Bayangkan bagaimana mau membangun Bangkalan sejahtera kalau membuang sampah pada tempatnya saja belum bisa.

Bangkalan tidak layak dibilang kota Dzikir dan sholawat jika persoalan sampah belum teratasi, Bangkalan layak dapat predikat Kota “Sampah”.  karena persoalan sampah tak kunjung teratasi.

Urusan proyek dan bagi bagi jatah kalau di Bangkalan akan banyak tuannya, tapi urusan sampah tidak akan ada tuannya. Hingga ia menumpuk dan berserakan dimana mana.

*) Penulis adalah Ketua Bangkalan Aktivis Club

Leave a Comment