Siswa di Pamekasan Sulap Sampah Jadi Rupiah

Sekelompok Siswa SMAN 4 Pamekasan Saat Memproduksi Kursi dari Sampah Plastik.

PAMEKASAN, Lingkarjatim.com – Pada umumnya sampah merupakan barang yang tidak berharga hingga dibuang sembarangan serta menjijikkan kerena dinilai kotor dan bau, namun berbeda dengan yang dilakukan oleh sekelompok siswa SMAN 4 Pamekasan yang berhasil mengubah sampah menjadi rupiah.

Tentu cara menyulap sampah jadi rupiah atau duit yang dilakukan oleh siswa ini tidak sama dengan pesulap pada umumnya, tapi masih membutuhkan banyak tenaga dan waktu yang lumayan lama serta proses yang panjang.

pantauan Lingkarjatim.com, mereka lebih mentitik tekankan terhadap sampah plastik sebagai bahan dasarnya, karena berdasarkan survei sampah plastik sangat sulit atau tidak mudah hancur kecuali dibakar.

Plastik dan polystyrene (atau lebih dikenal dengan styrofoam) membutuhkan waktu yang panjang, sekitar 500-1000 tahun untuk dapat terurai. Hal ini membuatnya sering digolongkan menjadi bahan anorganik.

Bagi orang yang tahu tentang lamanya sampah plastik untuk dapat terurai, mungkin kebingungan bagaimana caranya tambah hari sampah tersebut semakin menumpuk dan membutuhkan tempat khusus yang lumayan luas.

“Jadi satu-satunya cara mengantisipasi hal itu yaitu dengan memanfaatkan sampah plastik menjadi barang yang berharga serta diminati oleh banyak orang dan tidak lagi menjijikkan, tentu dengan kreasi-kreasi pengetahuan yang kita punya,” kata Ite Dano Cahyono, siswa SMAN 4 Pamekasan.

Mereka mempunyai kreasi dengan memfungsikan sampah plastik (anorganik) menjadi bahan konstruksi pembuatan meja dan kursi.

“Bahan-bahan yang kami gunakan dalam proses pembuatan kursi dan meja ini yakni, limbah plastik, botol plastik, ban bekas, kayu, paku, lakban dan kulit kursi serta meja,” ungkapnya.

Dijelaskan, bahwa proses pembuatan ecobrick dari bahan limbah plastik, pertama mereka akan melakukan pemilihan mana sampah anorganik dan mana sampah organik.

Kedua mereka memasukkan limbah plastik ke botol plastik hingga penuh, ketiga merekan akan melakukan perekatan dari botol yang satu dengan lainnya dengan menggunakan lakban.

Keempat proses pengemasan, sebelum dilapisi oleh kulit kursi terlebih dahulu menggunakan kayu sebagai alat menyanggah.

“Palstik yang gunakan adalah sampah plastik hasil dari pungut sampah dan gerakan pungut sampah SMAN 4 Pamekasan, selain itu kami juga bermitra dengan komunitas TPA, dengan Disperindag, DLH dan Dinas Pendidikan Pemkab Pamekasan” jelas Ite Dano Cahyono.

Mereka melakukan itu dengan tujuan ingin mengimbaskan kepada sekolah-sekolah lain khususnya di Pamekasan dan di Indonesia pada umumnya agar menindaklanjuti sampah plastik agar tidak dibuang sembarangan dan mengolah kembali menjadi bahan kerajinan yang benilai ekonomis dan ekologis.

“Dalam satu setnya yang terdiri dari 4 kursi dan 1 meja, kami membutuhkan 40 botol plastik besar dan 9 botol plastik kecil yang sudah diisi limpah plastik, sementara waktu proses pembuatannya kurang lebih 3 minggu per 1 setnya” imbuhnya.

Selama ini mereka sudah bisa memproduksi 5 set dan itu semua sudah menjadi pesanan guru di sekolahnya, dinas dan masyarakat dengan harga 2.000.000 (4 kursi 1 meja) atau 1.200.000 (2 kursi 1 meja).

“Sejauh ini sistem pemasaran yang kami lakukan masih melalui web seperti WhatsApp, Facebook dan medsos lainnya,” ungkap Ite Dano Cahyono.

Terpisah, salah satu guru yang sekaligus pembina KIR di SMAN 4 Pamekasan, Nurul Kamariyah mengatakan, mereka memang anak-anak hebat yang punya inisiatif untuk merubah segala sesuatunya menjadi hal yang luar biasa.

“Kebiasaan yang diterapkan terhadap siswa yang ada di sekolah ini yaitu peduli lingkungan, yang salah satu buktinya kita bisa mendaur ulang sampah menjadi barang yang ekonomis,” ungkap Nurul.

Selain itu, pihak sekokah juga memberikan kegiatan peduli lingkungan saat car free day di arek lancor pamekasan setiap hari minggu.

“Nah, disana banyak orang yang melakukan membuang sampah sembarangan, jadi anak-anak disana kami diberi tugas mengajak masyarakat untuk sadar buanglah sampah pada tempatnya,” pungkasnya. (Rul/Lim)

Leave a Comment