Risma Disarankan Berfikir Ulang Untuk Buka KBM Sekolah Tatap Muka

SURABAYA, Lingkarjatim.com – Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Windhu Purnomo, menyarankan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berfikir ulang, terkait rencana membuka kegiatan belajar mengajar (KBM) sekolah tatap muka di tengah pandemi covid-19. Sebab, kata Windhu, KBM di tengah pandemi berbahaya bagi anak didik tertular covid-19.

“Jadi, Pemkot Surabaya harus pikir-pikir kembali untuk membuka kembali sekolah tatap muka,” kata Windhu, dikonfirmasi, Rabu (5/8/2020).

Secara epidemiologis, lanjut Windhu, Surabaya masih belum aman dari ancaman covid-19, karena masih berada di zona merah dan tingkat penularannya masih tinggi. “Kriteria WHO dan Bappenas, tingkat penularan yang simbolnya Rate of Transmission (RT) harus di bawah satu selama 14 hari berturut-turut,” ujarnya.

Menurut Windhu, angka RT atau tingkat penularan covid-19 di Kota Pahlawan masih fluktuatif, yang artinya sama sekali belum bisa dikendalikan. Hal itu terlihat tingginya angka kematian dan penambahan kasus baru harian covid-19. “Surabaya masih tinggi, 8,9 persen, padahal nasional kurang 4,5 persen. Sedangkan WHO targetnya 2 persen. Jadi tingkat keamanan Surabaya masih jauh,” ujar Windhu

Ketika memutuskan untuk proses belajar mengajar tatap muka, Windhu menyarankan Pemkot Surabaya memerhatikan aktivitas peserta didik, baik mulai dari berangkat hingga pulang sekolah. Apalagi jika ada siswa yang berangkat ke sekolah menaiki kendaraan umum, rentan tertular covid-19.

“Berangkat dari rumah menuju sekolah itu pasti ada yang naik transportasi umum dan itu berisiko tinggi karena sering kali jaga jarak dilanggar,” ujar Windhu.

Sepulang sekolah, juga tidak ada yang bisa menjamin peserta didik tidak terlebih dahulu keluyuran. Karena menurutnya tidak mungkin Pemkot Surabaya mengawasi setiap peserta didik mulai berangkat hingga siswa kembali ke rumah. “Apa Pemkot mau mengikuti anak dari berangkat sampai pulang sekolah sampai rumah, tentu kan tidak mungkin,” katanya.

Windhu mengingatkan, Satgas Covid-19 pusat pun telah menetapkan, ketika daerah sudah masuk zona hijau covid-19 pun, yang dibuka terlebih dahulu adalah SMA. “Ini saya setuju karena siswa SMA lebih dewasa untuk kepatuhan protokol kesehatan. Kalau SMA setelah dievaluasi bagus baru SMP, lanjut SD,” ujarnya.

Untuk itu, Windhu mewanti-wanti dengan banyaknya faktor tersebut, Pemkot Surabaya harus berpikir ulang untuk membuka kembali pembelajaran tatap muka SMP. Menurutnya, tidak masalah jika hanya menggelar simulasi. “Tetapi untuk memutuskan kembali menggelar sekolah tatap muka, haris dipikirkan berkali-kali,” jelas Windhu.

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) berencana memulai Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah, bagi siswa jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tahap awal, akan dimulai di 21 SMP, baik itu swasta maupun negeri yang mewakili lima wilayah sekolah di Surabaya, sebagai pilot project. (Amal Insani)

Leave a Comment