Ponpes di Jatim Jadi Pilot Project Pesantrenpreneur

Acara Hipmi Pesantrenprenuer
SURABAYA, Lingkarjatim.com – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Timur mulai menggeber program penguatan ekonomi rakyat berbasis pesantren atau yang biasa disebut ”Pesantrenpreneur”.
Program yang diinisiasi HIPMI Jatim ini bakal dilaksanakan di 10 pondok pesantren (ponpes) yang menjadi proyek percontohan (pilot project) di Jatim.
“Nantinya akan dibuka Ummat Mart di 10 ponpes tersebut, sebuah gerai yang memasarkan produk-produk yang dihasilkan para santri, UMKM di sekitar pesantren, maupun produk umum dari perusahaan,” kata Ketua Dewan Kehormatan HIPMI Jatim, Muhammad Ali Affandi, di Surabaya, Jumat (13/4).
Saat ini, lanjut Ali, tim HIPMI Jatim sedang mengebut persiapan di 10 ponpes yang tersebar di sejumlah daerah di Jatim, seperti di Pasuruan, Malang, Banyuwangi, hingga Probolinggo. “Peluncuran program ini bakal dipusatkan di Ponpes Bayt Al-Hikmah Pasuruan pada Mei mendatang,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua HIPMI Jatim Mufti Anam menambahkan bahwa program ini terselenggara berkat kolaborasi HIPMI, Kementerian Perdagangan, dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo). Kolaborasi tersebut menghasilkan sejumlah program kerja untuk ekonomi pesantren.
Pertama, penumbuhan kewirausahaan santri. Tim bakal menggelar pelatihan-pelatihan kewirausahaan secara berkala di pesantren. Pemantik awalnya adalah saat peluncuran program pada Mei mendatang yang menghadirkan para praktisi bisnis terkemuka, seperti pengusaha Chairul Tanjung dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim.
“HIPMI, Kemendag, dan Aprindo akan mendampingi dalam segi manajemannya. Ini semacam ngaji bisnis, para santri belajar seluk-beluk dunia usaha, sehingga diharapkan bisa menjadi pengusaha santri yang bisa berbisnis dengan sukses dan menebar manfaat dengan berbasis pada etika usaha yang kokoh,” kata Mufti.
Kedua, pendampingan manajemen perdagangan hingga pemasaran produk-produk pesantren. Menurut Mufti, setiap pesantren punya potensi bisnis yang bisa dikembangkan, misalnya pertanian, perikanan, dan makanan-minuman.
“Bahkan ke depan sudah disiapkan pintu agar produk pesantren bisa masuk ke jaringan ritel modern di seluruh Indonesia. Kan keren kalau misalnya produk pertanian organik pesantren di pelosok desa bisa mengisi gerai-gerai ritel modern di kota-kota besar,” katanya.
Ketiga, upaya mendorong pembiayaan yang ramah bagi usaha para santri. Ada tiga skema yang disiapkan, yaitu fasilitasi ke bank syariah atau bank wakaf mikro yang telah dilontarkan Presiden Joko Widodo, crowdfunding (pembiayaan bersama), dan angel investor.
”Secara berkala HIPMI juga menggelar kompetisi perencanaan bisnis pesantren dengan hadiah modal kerja, termasuk bisa dipertemukan dengan angel investor. Santri bisa mempresentasikan prospek bisnisnya ke investor untuk ikut mengembangkan bisnis berbasis pesantren,” katanya.
Adik kandung Bupati Banyuwangi ini bersyukur program Pesantrenpreneur ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, seperti Kementerian Perdagangan dan Aprindo. Bahkan, Presiden Joko Widodo juga menaruh perhatian luar biasa sejak program ini diinisiasi HIPMI Jatim pada pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional HIPMI pada Maret lalu di Tangerang, Banten. (Mal/Lim)

Leave a Comment