BANGKALAN, Lingkarjatim.com– Pemuda Madura Bersatu (PMB) kembali melakukan bhakti sosial, kali ini ikut bahu membahu bersama masyarakat Desa Geger, Kecamatan Geger, Bangkalan untuk membangun jembatan penghubung Dusun Ra’as dengan Dusun Kembang Sempal dan Dusun Langiyur, Kamis (18/10/2018).
Kegiatan ini berawal dari keluhan masyarakat setempat yang merasa kesulitan mencari akses jalan saat tiba musim hujan. Sebab jalan utama yang biasa dilalui menuju lembaga pendidikan dan kegiatan kemasyarakatan lainnya terputus oleh anak sungai (Leke, bahasa Madura).
“Saat musim hujan, jalan ini tidak bisa dilewati, padahal ini adalah akses utama kami. Kalau ingin mengantar anak ke sekolah warga harus memutar sejauh 4 kilometer,” kata Mamat selaku koordinator pengerjaan jembatan.
Sebenarnya inisiatif pembangunan jalan penghubung antar dusun ini sudah muncul sejak tiga tahun yang lalu, namun karena kurangnya support dari pemerintah setempat, warga hanya melakukannya secara swadaya ala kadarnya dan baru rampung bulan ini.
Jadi tinggal jembatan untuk melintasi anak sungai yang harus diupayakan untuk selanjutnya.
Demi merealisasikan keingian warga tersebut PMB mengagendakan musyawarah dengan para tokoh masyarakat, melakukan focus group discussion, untuk membahas teknis pelaksanaannya.
“Alhamdulillah berkat dukungan dari PMB, sekarang sudah dibuatkan tiang penyangga dan dilakukan pengecoran jembatan. Insya Alloh sebelum musim hujan jembatan sudah rampung,” ucap Ustad Sarulan selaku tokoh masyarakat di dusun Kembang Sempal.
Saat awal-awal pengerjaan, masyarakat di sekitar lokasi pembangunan jembatan ini kurang antusias untuk melakukan kerja bhakti. Sebab sebagian dari mereka mengira bahwa pembuatan jembatan ini adalah proyek dari pemerintah yang tidak perlu dibantu masyarakat.
Namun PMB meyakinkan mereka dengan datang dan ikut andil secara langsung dalam proses pembangunan sehingga membangkitkan lagi jiwa gotong royong yang mulai goyah tersebut.
“Terima kasih kami sampaikan kepada PMB yang sudah membangkitkan jiwa gotong royong di masyarakat. Dulu saat pembuatan jalan yang kerja bhakti hanya satu dua orang, sekarang saat pembuatan jembatan semua orang melibatkan diri, laki-laki dan perempuan, tua-muda, semua ikut kerja swadaya,” tambah Ustad Sarulan.
Sedangkan Ketua PMB, Sholeh Abdijaya menuturkan, kegiatan ini berawal dari keprihatinannya terhadap jalan utama masyarakat yang terputus untuk akses pendidikan, apalagi saat musim penghujan.
Namun yang paling memperihatinkan bagi PMB, perihal kondisi sosial di masyarakat yang mulai memudar rasa gotong royongnya.
“Kami prihatin melihat warga memanggul anaknya untuk menyeberang biar bisa sekolah saat sungai mulai deras arusnya. PMB harus memulai untuk memberi keteladanan, bukan hanya dengan perkataan, tapi dengan perbuatan dan pengorbanan,” pungkasnya. (Atep/Lim)