Pengalaman Mengurus Medical Check Up di RSUD Syamrabu


Ra Latif saat mengunjungi salah satu pasien di RSUD Syamrabu

BANGKALAN, lingkarjatim.com – Rabu malam lalu, pesan itu masuk. Pengirimnya sebut saja Sukirno. Intinya, dia “minta tolong temani saya mengurus medical check up di Syamrabu”.

Kirno seorang guru swasta sebuah sekolah di Burneh. Setelah 10 tahun mengajar, dia mendapat kesempatan menjadi pegawai negara. Dan ternyata persyaratan yang harus dia lengkapi banyak sekali, salah satunya harus menyertakan hasil medical check up.

“Kenapa gak di For… Saja,” usul saya sembari menyebut sebuah lab farmasi di Kota Bangkalan.

“Tak bisa, medicalnya harus di rumah sakit plat merah,” jawab Kirno.

Maka, esoknya saya menemaninya ke Syamrabu. Tiba pukul 9, ruang pelayanan telah penuh sesak oleh antrean pasien.

Karena saya juga tak punya pengalaman mengurus medical, solusi terbaik adalah bertanya ke satpam rumah sakit. Setelah kami sampaikan maksud dan tujuan. Satpam memencetkan tombol di mesin nomor antrean.

“Nomor antrean ini, bawa ke kasir,” kata dia.

Di kasir, seorang petugas cantik berjaga. Yang ditanyakan pertama kali adalah apakah sudah ada foto 3×4?. Sukirno menggeleng.

“Silahkan cetak foto dulu, karena di keterangan medichal harus dipasang foto,” kata mbaknya.

Kualitas foto ternyata harus foto dokumen. Artinya foto harus dicetak di studio foto dan bukan diprint di warnet. Dan setelah keliling kota Bangkalan, satu-satunya studio foto yang buka paling pagi adalah studio foto Merlyn.

Untuk menghemat waktu, Kirno saya foto dengan hape setengah badan, setting camera full HD. Begitu sampai Merlyn tinggal transfer via bluetooth ke pegawai.

Untuk mengantisipasi kekurangan foto, maka foto Kirno dicetak dalam semua ukuran masing-masing 10 buah. Biayanya Rp 45 ribu.

Setelah urusan foto-memoto rampung, kami bergegas ke Syamrabu lagi, ke kasir yang gak imut namun manis itu. Kami serahkan karcis yang tadi. “Biayanya 25 ribu,” kata mbaknya. Kami lalu diarahkan agar naik ke ruang medical di lantai tiga.

Di ruang medical, hanya ada seorang pegawai. Dia meminta dua foto 3×4 dan meminta sebuah formulir diisi sesuai KTP. “Untuk keperluan apa?,” Kata mbak di ruang medical.

“Untuk syarat melamar pekerjaan,” jawab Kirno.

“Silahkan tunggu dipanggil, dokternya masih rapat dan berkas dari kasir belum sampai ke sini,”

Sejam lebih menunggu, tak juga ada panggilan. Saya masuk lagi menyakan perkembangan. Jawaban sama dokter masih rapat.

“Ini medichal saja, atau pemeriksaan lain,” Kata mbaknya.

“Sama tes narkoba,”

“Sambil nunggu dokter, silahkan cek narkoba dulu,” kata mbak itu sambil menyodorkan sebuah formulir. Formulir itu harus disetor lagi ke kasir, sebelum ke ruang laboratorium.

“Biaya tes narkobanya 180 ribu,” kata mbak kasir yang manis itu. Dan mengarahkan kami ke lantai dua, lewat tangga di sisi kanan.

Untung antrean di lab tak banyak, setelah formulir diserahkan, Kirno diminta kencing dalam sebuah botol kecil. Saya menggoda Kirno.

“Kalau kencing jangan salah caranya, kalau salah cara nanti yang keluar cairan lain,” kata saya.. heee heee heee

Setelah menyetor ‘kencing’nya, saya menanyakan kapan kira-kira hasilnya keluar. ” Sekitar jam 1, nunggu ditandatangani dokter. Dokternya masih rapat,” kata mbak di laboratorium.

Kami meninggalkan lab, dan kembali ke ruang medical di lantai tiga, Alhamdulillah dokternya sudah datang. Entah bagaimana Kirno kemudian diperiksa, saya tak ikut masuk ke dalam.

Begitulah pengalaman mengurus medical di RSUD Syamrabu. Pertama yang harus disiapkan adalah foto. Dan tak ada biaya lain, selain Rp 25 ribu ditambah 180 ribu. Datanglah sepagi mungkin agar dapat pelayanan paling pertama. (M.Aldo)







Leave a Comment