Pelangi di Atas Murjati

Pendidikan. Adalah sebuah kata yang terus menjadi perhatian. Bermacam aplikasi tindakan dalam memperolehnya. Baik formal maupun informal. Dan tindakan nyata adalah muaranya. Ketika pembelajaran telah menjadi nafas, kebutuhan dan tanggungjawab. Sebagaimana orang tua berupaya meraih tingkat pendidikan yang lebih untuk putra dan putrinya. Dan Guru yang mendedikasikan hidupnya pada dunia pendidikan. Bukan sekedar melaksanakan tugas belajar mengajar, bukan sekedar upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Namun juga kebutuhan jiwanya untuk terus menerus mewujutkan hasil dari pendidikan tersebut, lebih dari sekedar perolehan angka nilai, tetapi juga perilaku yang baik.

Anak-anak sebagai murid adalah cermin. Refleksi yang menampilkan sebuah hasil, karya dan pengabdian sebagai seorang guru. Tidak hanya pada pengakuan kertas. Karena sejatinya pendidikan adalah refleksi moral. Dan perjalanan panjang saya seperti perjalanan pada padang pasir dan bertemu oase. Hadiah bagi pejalan yang tak pernah berhenti mencari. Bahwa masih ada dan akan selalu ada pengabdi yang mendedikasikan hidupnya pada pendidikan. Tidak hanya sebagai pemenuhan tugas dan kebutuhan. Namun sebagai pemberi sinar.

Murjati. Sebuah dusun kecil yang menjadi wilayah desa Kampak kecamatan Geger, wilayah tengah Kabupaten Bangkalan. Adalah satu dari sekian dusun kecil yang dipenuhi berkah. Karena dalam segala keterbatasannya, telah memiliki sebuah SD Negeri, SDN Kampak 04 dengan tiga orang guru yang penuh dedikasi, pembaharu dengan visi dan misi pendidikan yang mengedepankan pendidikan karakter. Semangat bekerja sama dan gotongroyong. Mereka telah mengubah wajah pendidikan pada SDN 04 Kampak menjadi jauh lebih baik. Pembenahan fasilitas yang sederhana namun ada dan dapat berfungsi dengan baik dan semestinya. Dan segala perubahan tersebut dilakukan bersama oleh guru, seluruh murid dan wali murid. Halaman yang semula lapang, sekarang ditumbuhi bunga, ada mushola kecil sebagai tempat ibadah dan ada MCK darurat tetapi bersih. Sebuah jalan setapak kecil juga dibuat dengan swadaya bersama masyarakat setempat. Pendidikan yang seyogyanya menjadi perhatian bersama antara guru, wali murid dan masyarakat telah diterapkan di sini.

Sebuah fasilitas yang jauh dari tampak mewah, namun begitu mewah di mata saya. Sebuat setapak kecil di tengah sawah, menjadi jalan terang yang membawa langkah-langkah penuh semangat, cinta dan kasih sayang. Dibangun dengan semangat dan daya hidup untuk sebuah masa depan penuh harapan. Sekolah. Tempat perubahan besar dalam suatu kehidupan, di mana nafas ilmu menancapkan tekat dan akarnya. Tumbuh dalam benak yang ditempa alam sedemikian sederhana.

Mushola dari batang bambu, menjadi tempat begitu indah. Sarana bersujud dengan tingkat kepasrahan yang maha. Tempat melangitkan doa. Dan di atas sana, Tuhan menyaksi, menyimpan seluruh harapan yang dilangitkan. Mungkin kelak, dari dusun kecil ini, lahir seorang Pemimpin yang hebat, orang besar yang mengubah peradaban. Semoga.

***

Begitu memasuki halaman sekolah. Lingkar Jatim langsung disambut anak-anak yang berebut meminta salam. Rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu. Wajah-wajah kecil yang penuh semangat dalam banyak keterbatasan. Beberapa anak menenteng sepatunya, bahkan ada yang menggunakan sandal jepit. Seragam belum kompak. Ada yang memakai batik sekolah, seragam pramuka dan merah putih. Mereka sangat senang dengan kedatangan kami. Tiga orang guru menyambut kami. Mempersilahkan kami masuk. Sebuah kantor guru Nampak sangat sederhana namun tertata rapi. Sebuah ruang kecil yang diskat dengan triplek menjadi tempat tinggal seorang guru. Jumlah guru yang dimiliki ada 6 orang dengan status guru sukarelawan, seorang kepala sekolah dan seorang penjaga sekolah. Hanya kepala sekolah yang berstatus sebagai PNS.

Kami berkeliling gedung sekolah. Melihat dokumentasi lama membuat kami tahu banyaknya perubahan yang telah dilakukan. Ada taman sederhana yang dibuat bersama, sebuah mushola dari bambu dibuat dengan bentuk terbuka. Menjadi tempat ibadah yang dimiliki sekolah. Dan sebuah MCK darurat sebagai tempat cuci-cuci bersih. Sebuah potret semangat, cinta dan dedikasi sepenuh hati yang dilakukan bersama antara guru dan murid. Sebuah ruang kelas yang diskat dengan triplek menjadi tempat paling istimewa sebagai tempat belajar. Tempat anak-anak menimba harapan, bahwa pendidika adalah sinar yang harus dipertahankan untuk keluar dari kungkungan gelap ketidaktahuan. Sungguh sebuah potret cinta yang luar biasa. Maka, ketika engkau yang di luar sana mengeluhkan fasilitas ini dan itu, kurang ini dan itu, di sini kau akan melihat sisi lain dari sebuah keinginan lebih. Sebuah pilihan yang hanya ada satu pilihan, maksimalkan apa yang ada yang hanya ini saja.

Berada di tempat ini membuat saya ingin berlama-lama. Melihat bening-bening mata yang penuh harapan dan semangat. Jiwa relawan menjadi tersulut begitu saja. Senyum cerah mereka terpatri dalam benak saya. Mungkin, di masa depan, salah satu atau bahkan mereka, adalah orang-orang muda yang berguna. Diyah Alvisa, Shohibul Hajah dan Faruk. Tiga sosok yang membuat saya merasa penuh daya dan inspirasi untuk terus menulis, berbuat yang terbaik dan kembali ikut berjuang pada garis paling belakang. Dengan upah gaji minimum telah berbuat sangat maksimum. Ada rasa malu yang diam-diam menyelusup dalam hati saya. Sungguh, perjuangan yang sebenarnya baru dimulai. Melangkah di atas jalan setapak kecil menuju sekolah, serasa saya menapaki tangga-tangga harapan, harapan yang tumbuh pada diri saya sendiri untuk bisa berbuat lebih pada sesama sebagai ladang pengabdian. Melihat perjuangan mereka, saya seperti melihat masa depan. Bahwa Bangkalan, akan terus tumbuh berkembang menjadi lebih besar. Di luar sana, ketika ada yang menyerukan tuntutan ini dan itu, di sini kau hanya ada satu pilihan, yaitu bertindak dan lakukan yang terbaik. Tak ada tuntutan yang bisa kau serukan, selain terus bergerak mencapai pencapaian untuk mengubah keterbatasan menjadi kelapangan, bahwa sinar harus tetap menyala terang.

Maka, ketika dunia pendidikan memanggilmu untuk memberikan dedikasi. Sambutlah dengan penuh ketulusan, menyertakan jiwa dan raga untuk berbuat yang terbaik, karena untuk menjadi besar kita harus memulai dari keyakinan dan diri sendiri. Dan ketika hati kita berkata bisa, seluruh syaraf motorik akan simultan untuk bergerak mencapai BISA. Selamat mengabdi kepada seluruh Guru tercinta. [Mathur Husyairi]

Leave a Comment