Menjadi Pribadi yang Besar

Pribadi yang besar adalah pribadi yang memiliki disiplin diri. Simbol kesiapan mental seseorang menghadapi tantangan yang terus berlaku dan berliku. Dan tantangan hidup adalah untuk dihadapi, bukan dikeluhkan. Berkeluh tidak berfungsi apa-apa, jika tidak dilanjuti kesiapan menghadapinya. ( The power of spiritual, 2016)

Lingkarjatim.com – Sobat, disiplin diri adalah penolakan akan kegembiraan sesaat demi memperoleh sesuatu yang jauh lebih baik. Disiplin berarti menolak menikmati kesenangan dan kepuasan sesaat demi tercapainya peluang baik atau penghargaan yang jauh lebih penting dan lebih berharga di masa depan. Disiplin diri adalah kemampuan mengatasi sulitnya mengulangi sebuah aktivitas secara terus-menerus sampai keahlian atau kemampuan anda meningkat.

Sobat, pribadi yang besar itu adalah pribadi yang senantiasa memupuk rasa syukur dalam kehidupannya. Rasa syukur itu ditunjukkan dengan meningkatkan kinerja kita. Kita terus mengembangkan usaha kita dengan tetap besandar kepada nilai-nilai ajaran agama. Harapan kita, Allah terus menambah nikmat kita, sehingga kita bisa berbuat lebih banyak kepada sesama. Imam Al-ghazali menjelaskan bahwa syukur itu meliputi tiga hal : Pertama. Syukur qalbi, mengakui nikmat-nikmat Allah dan mencintai-nya. Kedua. Syukur lisan, memuji Allah atas segala karunia-Nya. Dan ketiga. Syukur Jawarih, menggunakan nikmat dalam rangka memperoleh keridhoan-Nya.

Sobat, adapun ciri-ciri pribadi yang besar selanjutnya adalah sebagai berikut:

  • Siap menghadapi tantangan hidup. Keruwetan dan tantangan bukan ia hindari, tapi ia hadapi. Ia selesaikan, bukan sekedar ia keluhkan. Memang adakalanya berkeluh, tapi keluh itu dibarengi sharing, dialog, dan tukar pikiran untuk menemukan jalan penyelesaian.
  • Mau menghadapi resiko. Level tinggi dalam agama maupun karier, selalu berbanding lurus dengan resiko yang semakin tinggi. Itulah rahasia para nabi dan utusan, selalu menghadapi resiko yang tinggi. Zakaria digergaji, Yahya disembelih, Isa diburu, untung Allah menyelamatkan, Nabi Muhammad dikatakan tukang sihir dan pemecah belah umat dan kaum Quraisy, gigi serinya dipatahkan, dan seterusnya. Demikian pula dalam bisnis, jualan kecil-kecilan, resikonya tidak besar, namun untungnya juga kecil-kecilan.
  • Toleran terhadap kegagalan. Gagal adalah biasa. Yang tidak biasa ialah gagal kemudian tidak bangkit lagi. Mula-mula Rasulullah gagal dakwah di Makkah, hingga beliau hijrah ke madinah. Gagal di thaif, hingga ia panjatkan doa agar Allah munculkan keislaman dari cucu-cucu kaum yang didakwahinya. Dalam bisnis juga demikian, tak selamanya bisnis untung. Untung rugi adalah biasa. Yang menjadi tragedi ialah jika sekali bangkrut, kemudian trauma, lantas tak mau berbuat.
  • Mempunyai Visi, Misi dan cita-cita yang besar. Kata saydina Ali , Siapa yang cita-citanya mulia, kualitasnya agung. Jadilah seseorang yang kakinya di sebuah bintang dan impiannya di bintang lain. Tidaklah manusia menjadi beda , selain karena impiannya. Siapa yang impiannya tinggi, martabatnya berakhir tinggi. Tentu bukan sekedar cita-cita semata, namun terus memantaskan diri dengan amaliah nyata, dengan penuh kesungguhan, kegigihan, berkali-kali dan tak patah arang.
  • Suka dialog dan bergaul dengan orang-orang yang berjiwa besar. Kegemaran bergaul dengan orang yang berjiwa besar, menjadikannya termotivasi untuk menaklukkan tantangan. Bukan menghindari tantangan. Dan itulah rahasia mengapa Nabi menganjurkan untuk duduk dengan orang shalih. Umar bin Khattab mengatakan, Kalau bukan karena tiga hal, aku lebih baik mati saja, pertama, aku berjihad fi sabilillah, kedua, aku tundukkan kepalaku untuk bersujud, ketiga, bergaul dengan orang shalih dan mendengarkan majelis mereka.

Sobat, di penghujung tulisan yang singkat ini, kami kemukakan nasehat Malik bin Anas ra, Jagalah moralitas mulia dan kemuliaan, dan hindari moralitas rendahan yang murahan, sebab Allah menyukai moralitas mulia dan membenci segala kerendahan. Syukuri waktu yang masih diberikan Allah kepada kita untuk tetap bisa menjalani serta melanjutkan aktivitas kehidupan.

Sobat, yakinlah, bahwa setiap momen kehidupan yang kita alami, jalani, dan rasakan adalah momen penting yang memiliki nilai dan makna. Baik ataupun buruk momen kehidupan yang kita lalui, di dalamnya tersimpan pelajaran berharga bagi kehidupan kita selanjutnya. Hanya dengan cara seperti ini, yaitu menikmati setiap momen dalam hidup kita, perasaan bersyukur akan dapat kita wujudkan.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa !

( Spiritual Motivator DR. N. Faqih Syarif H,M.Si. Penulis buku The Power of Spirituality-Meraih Sukses Tanpa Batas. Pengurus Komnasdik Jatim. www.faqihsyarif.net )

Leave a Comment