LingkarJatim.com- Gatot kaca, salah satu tokoh pewayangan terkenal kekuatannya dalam cerita Mahabharata. Dia dikenal sebagai kesatria berotot kawat dan bertulang besi, dan Gatotkaca adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata, putra Bimasena atau Werkudara dari keluarga Pandawa.
Sunu Wasono, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia mengatakan bahwa Gatotkaca merupakan sosok yang gagah perkasa.
“Ia anaknya Bima yang lahir dari rahim Arimbi. Bolehlah dia sosok anak muda yang energik,” ucap Sunu, Kamis (9/6/2022).
Sunu juga menambahkan, sosok yang gagah perkasa dan pemberani ini bisa terbang. Tubuhnya kuat yang terkenal dengan istilah (berotot kawat bertulang besi). Dari penampilannya, Gatotkaca berkumis tebal dengan dada berbulu, dan dalam cerita Mahabharata sosoknya digambarkan sebagai seorang laki-laki kalem dan mempunyai tubuh begitu atletis.
“Secara fisik idaman perempuan. Tampan pula,” lanjutnya.
Seperti yang telah di kutip Media LingkarJatim.com dari Media Kompas.com, Jum’at (10/6/2022), bahwa dalam perjalanan hidupnya, Gatotkaca menemui berbagai macam rintangan dan pertempuran, dan musuh-musuhnya yang kalah dalam pertempuran memendam rasa benci kepadanya.
Hingga musuh-musuh tersebut bersiasat dan mencoba berbagai macam cara untuk melenyapkan Gatotkaca, dan cerita Gatotkaca tersebut mengajarkan bahwa amarah dan balas dendam bukanlah cara yang baik dalam menyelesaikan permasalahan, dan satu hal yang dimulai dengan cara tidak baik akan diikuti dengan hal-hal yang tidak baik juga.
Sementara itu Sunu juga menjelaskan, bahwa Gatotkaca memperkuat pertahanan kerajaan Amarta, dan juga menjadi seorang raja di kerajaan Pringgodani, sehingga dalam perang besar Baratayuda, Sunu melanjutkan, bahwa Gatotkaca menjadi Senopati.
“Dia gugur di tangan Karna sebagai kusuma negara. Namanya harum,” imbuhnya.
Menurut Sunu, perang Baratayuda antara Pandawa melawan Kurawa atau perang kebaikan melawan kebatilan atau kejahatan, terjadi karena Kurawa ingkar janji, Kurawa tidak mengembalikan indraprasta ke Pandawa.
“Seharusnya Hastina juga diserahkan kepada Pandawa,” tuturnya.
Sunu juga menyampaikan, saat menjelang kematiannya, Pandu menitipkan Hastina dan Pandawa kepada Destarata dengan cacatan kelak setelah Pandawa sudah pada dewasa, kerajaan diserahkan kepada Pandawa.
“Tapi Destarata malah menyerahkan kepada anaknya sendiri (Suyudana),” tambahnya. (Lut)