Menu

Mode Gelap

KELAKAR · 9 Sep 2017 09:37 WIB ·

Menanggapi Opini Publik Rektor UINSA di akun Facebooknya


Menanggapi Opini Publik Rektor UINSA di akun Facebooknya Perbesar

Oleh : Ahmad

OPINI, Lingkarjatim.com – Banyak mahasiswa, dosen dan masyarakat umum salah tanggap dengan video yang di share di akun Facebooknya Rektor UINSA dengan nama Abd. A’la. Akibatnya banyak opini publik yang nyinyir dan memberi komentar miring kepada mahasiswa tanpa mengetahui duduk perkaranya. Rata rata mereka hanya menilai suaranya yang lantang dan dianggap tidak sopan dari video tersebut.

Perlu diketahui, bahwasanya Dalam sebuah aksi demonstrasi sebenarnya sudah biasa ekspresi dan intonasi suara lantang seperti itu. Bahkan hampir tidak ditemui aksi demonstrasi itu bicara dengan nada kecil seperti penjaga pintu di Indomaret atau SPG yang menawarkan produknya di Mall dengan kata “selamat datang dan selamat berbelanja…..”.

Dengan munculnya status Rektor di akun Facebooknya tersebut sebenarnya ada sesuatu yang perlu dipertanyakan dan didalami dibalik itu semua. Video yang di share oleh Prof Abd. A’la sebenarnya aibnya sendiri yang di demo oleh mahasiswanya atau bisa dikatakan anaknya sendiri namun ia share.

Pembacaan saya disini adalah Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya ingin membangun opini publik, beliau melarikan opini tuntutan dan permohonan dari mahasiswa dengan isu lain, yaitu kesopanan dalam berbicara dan retorika aksi semata.

Benar adanya dengan munculnya potongan video dari akun Facebooknya Prof Abd.A’la tersebut banyak hujatan dan cacian kepada mahasiswa di bagian komentarnya. Saking dari viralnya diangkat menjadi berita disalah satu media online surabaya.tribunnews.com. Sehingga bagi saya pribadi ini perlu disikapi.

Kembali ingin kami jelaskan, disini mahasiswa yang melakukan aksi bukan karena tidak tahu manajemen aksi dan tidak diskusi sebelumnya. Beberapa tahapan seperti audiensi sudah dilakukan, saat aksipun mediasi tapi tidak menemukan kejelasan. Tapi kembali lagi yang namanya aksi demonstrasi pasti ada ricuhnya. Dan sayangnya video yang di share tersebut ketika massa aksi ricuh. Sehingga nampak arogansinya.

Perlu diketahui bersama, bahwasanya dalam aksi hari rabu (6/9) tersebut adalah aksi kepedulian mahasiswa terhadap UINSA. Yang menjadi tuntutan dalam aksi tersebut adalah:

1. Menuntut rektor UINSA segera membuka pintu gang dosen, karena merugikan banyak mahasiswa dan masyarakat wonocolo.

2. Menuntut rektor UINSA agar memperbaiki sistem keamanan di kampus, karena sudah banyak kejadian motor hilang, bahkan hari terakhir acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) kemarin ada lima motor yang dibobol.

3. Menuntut rektor untuk memberi intruksi kepada seluruh dekan agar AC dan LCD di setiap ruangan fakultas diperbaiki dan diganti, karena banyak yang rusak.

4. Meminta RAB (Rencana Anggaran Belanja) acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun 2017, karena rektor III waktu dimintai oleh panitia hanya berjanji dan berjanji saja.

5. Meminta MOU UIN Sunan Ampel dengan Kontraktor pelaksana dalam pengerjaan gedung Perpustakaan lengkap dengan izin, anggaran dan AMDAL pembangunannya.

Dari beberapa tuntutan diatas rektor tidak mau mengabulkannya. Bahkan rektor menolak mahasiswa untuk mediasi, sehingga hal itu memancing emosi mahasiswa.

Dengan dishare nya potongan video tersebut oleh Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya dan meminta penilaian kepada publik di media, menurut analisa saya, Rektor UINSA yakni Prof. Abd. A’la berusaha memprobaganda publik untuk tertuju dan fokus pada penilaian penggalan video saat ricuh saja, dan menghilangkan opini publik mengenai tuntutan peserta aksi.

Dengan begitu, mahasiswa UINSA khususnya dan masyarakat luas pada umumnya akan tercuci otaknya dengan penampakan gambar dan lantangnya suara. Sehingga yang terbangun dalam pikirannya adalah arogansi peserta aksi. Beda lagi jika dipandang secara pisiskologis, ekspresi dan reaksi rektor yang gelisah dan tidak tenang akan menjadi penilaian tersendiri.

Ada tiga pandangan saya pribadi terhadap sikap rektor yang men-share video tersebut ke medsos. Yang pertama, ingin membangun opini publik agar tercuci otaknya dan fokus pada video bukan pada kasus yang didalami. Kedua, menggalang dukungan dan simpati publik untuk menghujat dan berkata nyinyir menyikapi mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi sehingga nanti akan merasa terkucilkan dan termarginalkan baik dikelas maupun diluar. Ketiga, mematikan karakter mahasiswa khususnya di UINSA dengan menunjukan Fobia gerakan dan demonstrasi, tentu ini akan merusak citra diri pergerakan.

Tindakan semacam itu, sebenarnya perlu dipertimbangkan dulu, lebih lebih sekelas profesor dan rektor di UIN Sunan Ampel yang menjadi tokoh publik dan akan menjadi sorotan publik. Karena itu akan mengurangi tensi masyarakat dan kepercayaan masyarakat terhadap UIN Sunan Ampel dan mahasiswanya. Jika rektornya seperti itu, dan mahasiswanya seperti itu, maka masyarakat akan menilai jelek terhadap UINSA sebagai instansi pendidikan yang dibeayai oleh negara.

*Penulis adalah mahasiswa UINSA semester 7

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Hanya Butuh Tiga Detik, Spesialis Curanmor Asal Surabaya Ini Bisa Bikin Anda Menangis

26 April 2024 - 07:37 WIB

Jelang Pilkada, PKB Buka Pendaftaran Calon Bupati Bangkalan 2024

24 April 2024 - 17:32 WIB

Peringati HPN 2024, PWI Sidoarjo Bagikan Sembako untuk Warga Terdampak Banjir

24 April 2024 - 17:24 WIB

Halalbihalal dengan Wartawan, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Gaungkan Peduli Lingkungan

23 April 2024 - 19:52 WIB

Terjerat Kasus Korupsi, Mantan Bupati Malang RK Akhirnya Bebas Bersyarat

23 April 2024 - 16:37 WIB

Pelantikan ASN Sidoarjo Cacat Prosedur, Sekda : Saya Mohon Maaf

23 April 2024 - 16:15 WIB

Trending di LINGKAR UTAMA