LFNU Jatim: Akan Ada 2 Pilihan Awal Ramadan

SURABAYA, Lingkarjatim.com – Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Jawa Timur bakal melakukan pemantauan hilal dalam menentukan awal Ramadan 1443 Hijriah di 27 titik.

“Ini nanti seru. Nanti masyarakat akan ditawari dua pilihan, [awal Ramadan] Sabtu dan Minggu [2 April atau 3 April 2022],” kata KH Shofiullah, atau yang akrab disapa Gus Shofi, Ketua Pengurus Wilayah LFNU, Jumat (25/3), sebagaimana dikutip dari cnnindonesia.com.

Pemerintah kata dia baru akan menggelar sidang isbat penentuan awal Ramadan 1443 Hijriah pada Jumat (1/4). Isbat dilaksanakan setelah tim dari seluruh Indonesia melakukan pemantauan hilal (rukyatul hilal).

Tapi di sisi lain, kata Gus Shofi, Muhammadiyah sudah mengeluarkan keputusan bahwa awal Ramadan jatuh pada Sabtu, (2/4), berdasarkan metode hisab wujudul hilal.

NU sendiri akan memutuskan awal Ramadan 1443 H berdasarkan hasil pemantauan hilal atau rukyatul hilal yang akan dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia pada Jumat (1/4). Termasuk di Jatim, pemantauan akan dilakukan di 27 titik.

“Di Jatim sendiri tim kami dari Lembaga Falakiyah NU akan melakukan pemantauan hilal di 27 titik,” ujarnya.

Jika pada saat pemantauan dilakukan ada tim yang melihat hilal, maka awal Ramadan 1443 Hijriah akan jatuh pada Sabtu (2/4). Namun, apabila tidak terlihat maka bulan Syakhban disempurnakan 30 hari (istikmal) dan awal Ramadan diputuskan jatuh pada Minggu (3/4).

Masalahnya, lanjut Gus Shofi, terdapat perbedaan kriteria yang diberlakukan oleh pemerintah dengan NU terkait batasan ketinggian hilal.

“NU memegang syarat ketinggian anak bulan atau hilal saat dipantau minimal 2 derajat. Sementara pemerintah tahun ini memegang pendapat bahwa ketinggian hilal saat dipantau minimal tiga derajat dan elongasi minimal 6,4,” ujarnya

Faktanya, kata Gus Shofi, secara astronomi pada 1 April nanti ketinggian hilal diperkirakan tidak sampai tiga derajat, hanya dua derajat lebih sedikit.

Artinya, jika pun kemudian salah satu atau lebih tim LFNU di seluruh Indonesia melihat hilal, bisa saja pemerintah tidak akan mempertimbangkan itu dan tetap memutuskan awal Ramadan jatuh pada 3 April 2022.

“Alasannya itu tadi, minimal ketinggian hilal yang dipegang pemerintah yaitu tiga derajat dan minimal elongasi 6,4,” katanya.

Jika itu yang terjadi, kata Gus Shofi, maka keputusan sidang isbat soal awal Ramadan yang diputuskan pemerintah sangat mungkin akan berbeda dengan NU dan Muhammadiyah. (red)

Leave a Comment