Lawan Kekerasan Perempuan dan Anak, Lakpesdam Gandeng Aliansi Perempuan

Konsolidasi aksi dan gagasan dalam melawan kekerasan perempuan dan anak

SAMPANG, Lingkarjatim.com – Masih tingginya angka kekerasan perempuan dan anak di Kabupaten Sampang membuat lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Sampang melakukan inisiasi menggandeng aliansi perempuan di Kabupaten Sampang untuk terus melakukan koordinasi menyamakan gerakan untuk memberikan penyadaran dan advokasi pada korban kekerasan perempuan dan anak.

Koordinasi tersebut dikemas dalam buka bersama, dengan tema ‘konsolidasi aksi dan gagasan dalam melawan kekerasan perempuan dan anak’ di salah satu rumah makan di Jl Ponegoro Sampang Kota. Hadir beberapa aktifis perempuan anak di Kabupaten Sampang untuk melakukan kajian dan advokasi kedepan, Kamis (7/6/2018).

Faisol Ramdani ketua Lakpesdam Sampang mengatakan konsolidasi dan kajian ini merupakan kegiatan rutin yang akan di agendakan secara rutin dengan komunitas di Kabupaten Sampang yang konsen peduli pada kekerasan perempuan dan anak di Sampang.

“Berdasarkan data kasus kekerasan perempuan dan anak di Sampang masih relatif tinggi, oleh sebab itu, penguatan aliansi perempuan dan anak di Sampang menjadi penting untuk melakukan pemetaan persoalan dan advokasi masyarakat kedepan. Secara budaya di Sampang umumnya korban sering kali kebingungan melangkah untuk menyelesaikan kekerasan tersebut. Kemudian selain itu, kasus kekerasan itu tidak diselesaikan melalui jalur hukum karena masih dianggap aib,” terang Faisol.

Sementara Siti Farida Koordinator Aliansi Perempuan Sampang Bersatu yang juga ikut dalam koordinasi mengatakan ada 3 persoalan besar di Sampang terkait peran perempuan di publik, pertama persoalan hegemoni sosial yg patriarki, kedua Kualitas SDM dan ketiga kemauan dari perempuan untuk mengambil peran di wilayah publik.

“Oleh sebab itu, dibutuhkan kekuatan para perempuan untuk mematahkan opini yang selama ini seolah-olah tidak bisa terpatahkan tentang kemampuan perempuan utk bisa tampil di publik memperjuangkan hak hak perempuan,” ujarnya.

Lanjut Farida, tingginya angka kekerasan di Kabupaten Sampang, berdasarkan data P2TP2A per April 2018 ada 12 kasus baik pemerkosaan, pemukulan dan lain lain. Kemudian tahun 2017 ada 40 kasus.

“Bahkan beberapa waktu lalu kami aliansi perempuan Sampang melakukan advokasi hukum pada korban hingga sampai pada proses persidangan,” pungkasnya. (Hol/Lim)

Leave a Comment