SURABAYA, Lingkarjatim.com – Sebagai upaya pengurangan risiko bencana alam di Jawa Timur, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur melakukan berbagai macam upaya. Diantaranya adalah Program Lomba Desa Tangguh Bencana (DESTANA) dan Kerjasama dengan perguruan tinggi (Asosiasi Perguruan Tinggi Tenaga Kesehatan/AIPTINAKES) di Jawa Timur.
“Jawa Timur ada dalam posisi yang rawan terhadap bencana, baik bencana alam maupun bencana sosial. Berdasarkan data dan kejadian bencana yang terjadi di Jawa Timur, hampir seluruh wilayah provinsi ini rentan terhadap bencana,” Ujar Sudarmawan Kepala BPBD Jatim, Rabu (23/08/207).
Kondisi tersebut lanjutnya, berkontribusi pada tingginya indeks risiko bencana (IRB) di Jawa Timur. Upaya yang bisa dilakukan untuk bisa menurunkan indeks risiko bencana adalah dengan melakukan upaya pengurangan tingkat bahaya, pengurangan Tingkat Kerentanan dan Peningkatan Kapasitas masyarakat dan pemerintah untuk mengurangi risiko bencana.
“Desa Tangguh Bencana adalah desa/kelurahan yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan, jika terkena bencana,” Imbuhnya.
Dikatakannya, kemampuan tersebut diwujudkan dalam perencanaan pembangunan yang mengandung upaya-upaya pencegahan, kesiapsiagaan, pengurangan risiko bencana dan peningkatan kapasitas untuk pemulihan pasca keadaan darurat.
“Oleh karena itu dalam implementasinya BPBD Jawa Timur telah mendorong percepatan pengembangan desa tangguh bencana diwilayah Kabupaten dan Kota se Jawa Timur,” Pungkasnya.
Adapun peserta yang lolos kualifikasi administratif Lomba Desa Tangguh Bencana (DESTANA) 2017 dengan 3 Kategori yang dilombakan yaitu Kategori DESA TANGGUH PRATAMA (6 DESA), DESA TANGGUH MADYA (8 DESA) dan DESA TANGGUH UTAMA (5 DESA). Pelaksanaan lomba desa tangguh bencana pada tahun 2017 dilakukan mulai bulan Agustus-Oktober 2017. (Lim)