Menu

Mode Gelap

KELAKAR · 7 Feb 2018 09:24 WIB ·

Kopi dan Story


Kopi dan Story Perbesar

“Woy ngopi woy, menneng-mennengan bae. ngopi apa ngopi..!!!”

Oleh: Eko Dian Wahyudi*

OPINI, Lingkarjatim.com – Woy ngopi woy. diam-diam aja. Ngopi apa ngopi. Sepekan terakhir dunia maya viral dengan video perkataan begitu.  Ya setidaknya sebelum kasus pembunuhan guru di Kabupaten Sampang dan kartu kuning yang diacungkan oleh Mahasiswa UI di depok kepada Presiden jokowi. Perkataan di video itu bisa bermakna Seruan ngopi yang itu diucapkan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak kecil, Polwan hingga gadis remaja dan Mahasiswa. Yah setidaknya itu merupakan salah satu cara barangkali untuk menegur tradisi ngopi yang beberapa tahun ini memang terlihat agak ironis.

Kenapa saya bilang begitu karena sejatinya di dalam tradisi “ngopi” setidaknya dua orang atau lebih melakukan percakapan santai maupun percakapan yang lumayan berbobot. dari canda tawa hingga tangis. tetapi dalam rentan watku setidanya lima tahun terakhir percakapan dan gelak tawa dalam tradisi “ngopi” semakin hilang. yaah. kalau dulu gelak tawanya dengan teman “ngopi” sekarang gelak tawanya dengan teman “japri” itu bahasa kekinian alias Chat Pribadi. jika dulu ngopinya ketawa-ketiwi. sekarang, ngopinya sambil lihat “story”. Membuat “story” itu kini menjadi sebuah kewajiban bagi pengguna media social, mulai dari membuat story di facebook, di Instagram, di Whatshap.

Pemandangan ngopi diem-diem an itu jadi tranding sekarang. Mulai dari kalangan pejabat, politisi, mahasiswa hingga yang jual kopi sendiri kenapa begitu karena mereka mantengin layar berukuran 5 inch itu hanya untuk menunggu siapa melihat story yang telah dibuat. Tradisi itu memang tidak bisa dipandang sebagai kemunduran dalam khazanah per-ngopian. Tapi juga tidak bisa dilihat sebagai sebuah kemajuan. Di satu sisi katakan sebagai kemajuan karena yang bisa menggiring kecanggihan teknologi dan kemudahan media sosial menjadi sesuatu yang bermanfaat. Seperti contoh, sejak Ketua BEM UI menyatakan jika pemerintah tak pernah memperhatikan Kabupaten Asmat di Papua sana. Maka semua Media Nasional ramai-ramai memberitakan tentang Kabupaten asmad. mulai kondisi listrik disana, jumlah kematian bayi karena gizi buruk dan lain-lain.

Hebat kan, artinya sekali orang bicara di Media Sosial, maka seketika itu pula semua orang bisa langsung memperhatikan. Jadi. sedikit merubah cara kita untuk menyampaikan kritik baik itu kepada pemerintah maupun lingkungan sekitar. Mahasiswa tidak perlu lagi ramai-ramai turun ke jalan, memobilisasi massa dan menyiapkan Sound Sytem serta konsumsi untuk para demonstran. Simple, itu salah satunya, meski begitu tak sedikit pula sisi negatif yang di datangkan akibat kurang bijaknya para pengguna media sosial.

Media sosial ibarat pisau bermata dua. Tetapi lepas dari hal itu tidak elok juga jika Media Sosial menjadi penghalang kita bercanda melepas tawa ketika ngopi. Ngopi adalah wadah untuk saling tegur sapa, bertutur dan bercerita dalam suasana hangat baik suka maupun duka.  Hingga Akhirnya si penjual kopi pun bisa terlena karena jualanya sukses karena mendatangkan kebahagian bagi para penikmat kopi yang tertawa. dan bagi para insan per-ngopian sebaiknya anda cari tempat ngopi, bukan cari warkop yang punya wifi.

*Penulis Pegiat di Komunitas Pemikir Generasi Kritis (Kopi Gratis)

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Jelang Pilkada, PKB Buka Pendaftaran Calon Bupati Bangkalan 2024

24 April 2024 - 17:32 WIB

Peringati HPN 2024, PWI Sidoarjo Bagikan Sembako untuk Warga Terdampak Banjir

24 April 2024 - 17:24 WIB

Halalbihalal dengan Wartawan, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Gaungkan Peduli Lingkungan

23 April 2024 - 19:52 WIB

Terjerat Kasus Korupsi, Mantan Bupati Malang RK Akhirnya Bebas Bersyarat

23 April 2024 - 16:37 WIB

Pelantikan ASN Sidoarjo Cacat Prosedur, Sekda : Saya Mohon Maaf

23 April 2024 - 16:15 WIB

Tabrak Mobil Tronton, Suami Istri Pengendara Honda Vario Meninggal Dunia

23 April 2024 - 15:42 WIB

Trending di HUKUM & KRIMINAL