Ketua MUI Jatim Jelaskan Asbabun Nuzul SE Salam Semua Agama yang Mengundang Kontroversi

SURABAYA, Lingkarjatim.com – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menghimbau para pejabat tak menyampaikan salam pembuka semua agama saat sambutan resmi.

Kata Ketua MUI Jatim, KH. Abdusshomad Buchori, imbauan tersebut merupakan hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V MUI 2019, di Lombok, Provinsi NTB, pada Minggu (13/10/2019).

“Jadi, imbauan itu bukan tanpa dasar. Itu merupakan salah satu hasil dari Rakernas MUI di NTB bulan Oktober lalu,” kata Kiai Somad, sapaan akrabnya, dikonfirmasi, Selasa (12/11/2019).

Pada Rakernas tersebut, lanjut Kiai Somad, MUI Jatim menyerukan agar pejabat tidak memakai salam pembuka semua agama saat mengawali sambutan acara resmi. Sebab, memakai salam semua agama, bukan wujud toleransi.

“Bahkan seruan MUI Jatim ini disepakati oleh Sekjen MUI Pusat (Anwar Abbas). Seruan MUI Jatim bukan tanpa dasar, justru kami ini ingin meluruskan ummat, agar tidak mencapuradukkan agama,” katanya.

Kiai Somad menjelaskan bahwa salam itu merupakan doa, dan itu adalah doa. Setiap agama punya cara masing-masing dalam menyampaikan salam, sehingga tidak baik jika mencampuradukkan ibadah satu dengan yang lain.

“Jadi perlu dipahami, seruan itu karena doa dan doa itu adalah ibadah. Misalnya saya terangkan salam seperti dalam ajaran Islam, yakni Assalamualaikum itu doa yang artinya semoga kita diberi keselamatan. Masing-masing agama punya cara dan doa sendiri sesuai keyakinannya. Jadi ajaran agama ini tidak bisa dicampuradukkan,” katanya.

Imbauan ini, kata Kiai Somad, merupakan wujud toleransi dan kerukunan antar agama. Dia menilai masyarakat tidak paham, jika menganggap seruan MUI Jatim bentuk tidak toleransi antar agama.

“Kita setuju ada toleransi dalam perbedaan, saling menghormati, menghargai antar ummat beragama. Dengan imbauan MUI Jatim, itu merupakan wujud kerukunan. Makanya saya sarankan pejabat yang Muslim menggunakan salam secara Islam, begitu juga agama lain. Sehingga tidak mencampuradukkan salam. Ibadah itu tidak bisa dicampuraduk, jangan salah kaprah mengadakan doa bersama, semua doa diamini oleh semua agama, itu sama halnya merusak keyakinan agama,” kata Kiai Somad.

Imbauan MUI Jatim ini terlampir dalam surat bernomor 110/MUI/JTM/2019 yang diteken Ketua MUI Jatim KH. Abdusshomad Buchori pada Jumat, 8 November 2019.

Ada delapan poin dalam surat imbauan itu, yakni meminta para umat Muslim membaca salam sesuai dengan agamanya, tidak memakai salam semua agama dalam memulai sambutan. (Amal Insani)

Leave a Comment