Bangkalan, Lingkarjatim.com- Madura merupakan salah satu pulau yang berpotensi untuk meningkatkan ekonomi suatu wilayah melalui sektor pertanian, Universitas Trunojoyo Madura (UTM) melalui hasil riset yang dilakukan salah satu dosen sekaligus pakar jagung telah berhasil menginovasi jagung Madura menjadi jagung hibrida yang memiliki keunggulan lebih daripada jagung madura biasa.
Tidak hanya itu, bahkan menurut Amsari selaku pakar jagung saat diskusi dengan IKAMA, usia panen nya lebih pendek di bandingkan jagung biasa dan hasilnya pun tiga kali lipat lebih banyak, tapi juga usia panen lebih pendek sekitar 85 hari sudah bisa panen.
“Yang punya kita, Alhamdulillah umurnya pendek dan tahan kering dan yang paling penting bisa di simpan agak lama, kalau produk lain itu tidak bisa disimpan agak lama mungkin satu atau dua bulan sudah dimakan kapang,” Jelasnya, Rabu (28/7/22).
Selain itu, ia membandingkan hasil panen jagung hibrida dengan jagung yang biasa di tanam orang Madura pada umumnya, jauh lebih banyak hasilnya.
“Jika jagung Madura hanya menghasilkan 5 ton perhektar, jagung ini bisa menghasilkan 6-7 ton perhekatar,” Ucapnya.
Tidak hanya itu, Mahfud selaku pakar Garam juga menyampaikan bahwa selama ini garam hanya digunakan untuk bahan pangan. Padahal menurutnya tidak hanya di gunakan untuk itu, melainkan ada empat kegunaannya antara lain bahan baku, pangan, non pangan, turunan. Akan tetapi Madura belum bisa mengisi kebutuhan garam non pangan dan turunan karena kualitasnya kurang bagus.
“Makanya UTM atas saran Ba Rektor menginisiasi bagaimana caranya garam itu bisa jadi garam non pangan seperti farmasi, infus dan kaca,” Ucapnya.
Namun menurutnya, UTM hanya bisa sampai dengan menciptakan teknologi saja, masih belum bisa menembus pasar, karena terkendala dengan kebijakan pemerintah terkait ekspor dan impor.
“Sampai teknologi, karena terkendala dengan politik kebijakan yang mau menembus pasar,” Jelasnya.