Pembangunan apa yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan untuk menunjang obyek wisata di Bangkalan? Hemat saya hanya menangkap pembangunan Bukit (kapur) Jaddih, taman Paseban dan Gerbang selamat datang di Bangkalan Kota Sholawat dan Dzikir. Yang pertama, Bukit Jaddih, saya tidak menganggap bahwa bukit tersebut tidak memberikan penghidupan bagi masyarakat setempat, dan saya mengakui keindahan panorama dari puncak Bukit Jaddih. Akan tetapi pembangunan Bukit Jaddih kurang terencana, sehingga tidak ada nilai (falsafah hidup) yang harus disampaikan kepada pengunjung, bahkan pembangunan tersebut terkesan semberono tidak jelas akan dibentuk seperti apa.
Taman Paseban, sangatlah benar dari sudut pengambilan nama, namun perlu diketahui bahwa di era kerajaan bahwa Paseban adalah tempat bermain, bersenda gura, menjamu tamu bahkan musyawarah. Dan itu cukup benar karena paseban juga digunakan sebagai tempat bermain dan bersenda gurau meski jarang dijadikan tempat menjamu tamu dan bermusyawarah (pemerintah dan rakyat). Namun bagaimana dengan struktur pembangunannya sudah memasukkan unsur falsafah dari kerajaan Madura Barat? Jawabnya tidak! karena selain tidak adanya simbol cakra atau kerajaan, juga ada hal yang dilupakan bahwa di timur Paseban, dahulunya adalah Keraton Bangkalan, sekarang di Gunakan sebagai tempat Kodim Bangkalan. Idealnya, tempat itu juga harus dikembalikan sebagai cagar budaya tidak ditempati sebagai tugas sipil (Kodim). Jadi, Pemkab harus memindahkan seluruh isi kodim ke tempat lain kemudian Tempat itu dijadikan cagar budaya yakni keraton Bangkalan (coba belajar kepada Yogyakarta yang masih melestarikan peninggalan-peninggalan leluhur), sehingga dengan demikian masyarakat juga mengetahui bahwa Madura barat pernah memiliki masa-masa kejayaannya. Jika perlu, pemkab harus berdialog dengan anak turun Kesultanan Bangkalan untuk menemukan tata letak pembangunan yang tepat. Orang yang saya maksud adalah Raden Panji Abdul Hamid Mustari Cakraadiningrat, turunan dari pancer lake’ atau silsilah dari turunan laki-laki yang sekaligus Ketua Yayasan Kesultanan Bangkalan.