Menu

Mode Gelap

LINGKAR UTAMA · 2 Nov 2021 13:01 WIB ·

Haru Mathur Husyairi dan Polindes Pulau Sabuntan yang Tak Layak Pakai


Haru Mathur Husyairi dan Polindes Pulau Sabuntan yang Tak Layak Pakai Perbesar

Mathur Husyairi saat berfoto bersama masyarakat dan petugas kesehatan di depan Polindes Pulau Sabuntan

SUMENEP, Lingkarjatim.com — Butuh perjuangan keras bagi Mathur Husyairi, Anggota Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Timur untuk tiba di Pulau Sabuntan, Kecamatan Sapeken. Salah satu pulau yang terletak di sebelah tenggara Pulau Kangean.

Setelah menempuh perjalanan 4 jam di atas kapal dari Pelabuhan Kalianget menuju Pelabuhan Batu Guluk di Pulau Kangean, melalui perjalanan darat dengan medan yang sulit selama lebih dari dua jam, jalanan berbatu dari Kecamatan Arjasa menuju dermaga di Kecamatan Kangayan, ia masih kembali harus melalui perjalanan laut sekitar 1 jam dengan perahu kecil untuk tiba di Pulau Sabuntan.

Rasa haru itu sudah terasa setibanya Mathur di Dermaga Pulau Sabuntan. Ratusan warga hingga siswa menyambut kedatangan sang legislator. Belum lagi, puluhan perahu kecil berbendera Partai Bulan Bintang menjemput dengan cara berpawai mulai di tengah laut Pulau Sabuntan.

Langkah demi langkah ia pijaki, di depan ratusan orang yang menyalami, hingga ia tiba di lokasi utama tujuannya, Reses III DPRD Jawa Timur tahun 2021 ini. Ternyata, di lokasi itu juga sama, ratusan orang mulai tokoh masyarakat, kiai, ustad, hingga masyarakat kecil berkumpul, menunggu dan menyalami sang politisi.

Tambah haru, ketika di sela-sela reses, masyarakat Pulau Sabuntan menyampaikan, mereka baru tahu, kalau ternyata wakil mereka, orang yang mereka pilih punya ‘jatah’ untuk menyerap aspirasi mereka di bawah. Selama ini, tak satu legislatif-pun datang ke mereka dan bertanya apa saja kebutuhan mereka.

Kehadiran Mathur ke Pulau Sabuntan bak malaikat yang dikirim Tuhan. Mathur menjadi tempat bagi mereka untuk berkeluh kesah. Menyampaikan sejuta problem yang dihadapi. Mulai infastruktur yang begitu jauh dari kata memadai, hingga tempat pelayanan masyarakat yang terkesan tak manusiawi. Bahkan, ketika mendengar kabar Mathur akan datang, masyarakat tak bekerja, mereka memilih untuk bertemu dengan Mathur.

Dengan mata berlinang dan berkaca-kaca, Mathur mendengar keluh kesah mereka. Ada yang mengatakan, dermaga di Pulau Sabuntan adalah peninggalan masa lalu. Hingga kini belum ada upaya perbaikan. Bahkan, untuk menyambung gorong-gorong dermaga, masyarakt harus urunan.

Mereka yang selama ini merasa dianak tirikan juga menyampaikan, lokasi jalan penghubung antar dusun di Pulau Sabuntan layaknya jalan tol. Namun jalan tol itu bukan layaknya jalan tol jalan besar nan mulus seperti di Surabaya dan kota besar lainnya. Jalan tol dalam istilah mereka berarti ‘tol-ngantol’. Atau dengan kata lain, mereka yang melalui jalan di sana, harus terpental-pental karena jalanan yang hanya tumpukan batu.

Lebih jauh, mereka kembali bercurhat kepada Mathur, kadang kala ada bantuan seperti pembangunan jalan paving. Namun begitu, baru beberapa hari jalan itu dibangun, saat dilalui, semen-semen jalan itu sudah melalui terkikis oleh sandal. Mungkin, memang kualitas pembangunan yang jauh dari standard.

Belum legi persoalan pendidikan. Warga lain menyampaikan, lembaga pendidikan yang ada di Pulau Sabuntan masih berkutat di izin operasional. Persoalan adanya Bantian Operasional Sekolah (BOS), mereka hanya sebatas mendengar, namun tak mendapatkan. Ini benar-benar sebuah pengabdian untuk mencerdaskan anak bangsa.

Mathur tampak semakin terharu kala mereka menyampaikan persoalan pelayanan kesehatan. Satu-satunya Polindes yang ada di Pulau itu benar-benar tidak layak pakai. Sebagian atapnya bocor, dinding pelayanan juga terbuat dari bahan seadanya.

Kata warga, di tengah antusiasme warga untuk berobat, kala musim hujan mereka selalu kesulitan. Jangankan tempat untuk pasien, setiap musim hujan dan air pasang, pelayan kesehatan setempat untuk istirahat saja harus numpang di rumah warga. Miris bukan?.

Tak hanya sekedar duduk dan berceramah, Mathur mencoba menelusuri setiap apa yang dikeluhkan warga. Dia mencoba mendatangi Polindes yang jaraknya tak jauh dari lokasi reses. Berjalan kaki hanya beberapa menit saja.

Setibanya di Polindes itu, Mathur langsung tercengang. Ia nampak mengamati setiap sudut bangunan Polindes. Polindes yang melayani urusan nyawa, malah kondisinya sangat miris dan memprihatinkan. Terkesan sesuatu yang tidak manusiawi saja.

Mata politisi asal Kabupaten Bangkalan itu tampak berkaca-kaca, berlinang air mata kala mendengar keluh kesah petugas kesehatan yang ada. Untuk sarana buang air kecil bagi pasien saja, ia harus mengeluarkan uang pribadi meski seadanya. Karena memang selama ini sangat minim bantuan dari pemerintah.

Petugas itu menceritakan, pernah ada bantuan dari pihak desa. Namun itu hanya sekedar asbes dan beberapa semen saja. Jikala petugas kesehatan mengadu ke Puskesmas setempat, jawabannya, ia diminta koordinasi dengan pemerintah desa. Karena Polindes tanggungjawab pemerintah desa.

Kebetulan, saat reses ini Mathur membawa tim publikasi. Setiap sudut polindes, penuturan dan keluh kesah mereka, sepenuhnya mereka rekam. Mathur berjanji akan berupaya menyampaikan hal ini kepada Gubernur Khofifah Indar Parawansa. Ia berharap, Gubernur bisa membuka mata hatinya untuk membantu mereka yang ada di wilayah kepulauan, salah satunya di Pulau Sabuntan yang memang jauh dari Sumenep daratan. Bagaimanapun juga, Pulau Sabuntan adalah bagian dari Jawa Timur.

“Nanti saya akan mencoba memutar video ini ketika Rapat Paripurna DPRD Jawa Timur di hadapan Ibu Gubernur. Semoga nanti mata hatinya bisa terbuka, sehingga Polindes ini bisa dapat bantuan dan menjadi tempat yang layak untuk melayani persoalan kesehatan,” kata Mathur di hadapan petugas kesehatan Pulau Sabuntan, Senin (01/10/2021) kemarin.

Dengan berlinang air mata, Mathur juga mengatakan, persoalan ini akan coba ia sampaikan ke komisinya untuk menjadi pembahasan. Karena memang soal kesehatan adalah tugas mereka. Dengan harapan, ada bantuan nyata untuk Polindes di Pulau Sabuntan.

“Nanti juga akan coba saya sampaikan di komisi saya, Komisi E yang salah satu tugasnya memang soal kesehatan. Semoga nanti hati teman-teman di Komisi E juga terbuka. Semoga nanti teman-teman bisa menyisihkan sebagian APBD Provinsi Jawa Timur untuk pembangunan Polindes di Pulau Sabuntan. Agar Polindes ini jauh lebih baik, sehingga masyarakat juga mendapat pelayanan kesehatan dengan baik,” ungkap lelaki kelahiran Sambas, Kalimantan Barat itu dengan penuh haru. (Abdus Salam)

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Jelang Pilkada, PKB Buka Pendaftaran Calon Bupati Bangkalan 2024

24 April 2024 - 17:32 WIB

Peringati HPN 2024, PWI Sidoarjo Bagikan Sembako untuk Warga Terdampak Banjir

24 April 2024 - 17:24 WIB

Halalbihalal dengan Wartawan, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Gaungkan Peduli Lingkungan

23 April 2024 - 19:52 WIB

Terjerat Kasus Korupsi, Mantan Bupati Malang RK Akhirnya Bebas Bersyarat

23 April 2024 - 16:37 WIB

Pelantikan ASN Sidoarjo Cacat Prosedur, Sekda : Saya Mohon Maaf

23 April 2024 - 16:15 WIB

Tabrak Mobil Tronton, Suami Istri Pengendara Honda Vario Meninggal Dunia

23 April 2024 - 15:42 WIB

Trending di HUKUM & KRIMINAL