SUMENEP, Lingkarjatim.com – Lagi, sejumlah mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di Universitas Wiraraja Sumenep untuk hari kedua didepan Gedung Rektorat Universitas Wiraraja Sumenep, Jum’at (06/07).
Aksi unjuk rasa itu dilakukan, sebagai tindak lanjut dari unjuk rasa sebelumnya pada Kamis (5/7/2018) mengenai biaya pendidikan di Universitas Wiraraja (UNIJA) Sumenep yang dinilai relatif tinggi.
“Jika dibandingkan dengan kampus lain di Madura, Unija merupakan kampus paling mahal, rata-rata 50% lebih mahal, dengan biaya semahal itu, sekretariat ormawa saja kita tidak punya semua,” ungkap Abdul Mahmud salah satu orator dalam aksi tersebut saat menyampaikan orasinya.
Sembari aksi gantung diri, mahasiswa menganalogikan bagaimana sistem pendidikan di Unija yang dinilai mahasiswa sebagai sistem yang diktator.
“Selama ini mahasiswa merasa takut untuk menyampaikan aspirasinya, karena takut akan berbagai ancaman dari pihak kampus, itu menandakan bagaimana sistem di Unija begitu diktator, tapi itu tidak berlaku bagi kami (yang demo hari ini),” tambahnya.
Menanggapi apa yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut, Pjs. Rektor Unija (di berita sebelumnya Plt Rektor), Syaifur Rahman masih menyatakan statemen yang sama, bahwa apa yang dilakukan mahasiswa tersebut tidak prosedural.
“Kita punya mekanisme sendiri dalam tatacara penyampaian aspirasi mahasiswa, bisa melalui Dewan Legislasi Mahasiswa (DLM) ataupun Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM),” Jelasnya.
Untuk itu, apa yang dilakukan mahasiswa tidak bisa ditindaklanjuti, dan pihak Unija masih tetap akan menerapkan peraturan yang sama, karena kebijakan biaya pendidikan kampus itu dinilai transparan dan sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir tanpa keluhan dari mahasiswa.
“Mahasiswa aktif di Unija itu sekitar 4.000 orang, sedangkan yang melakukan aksi unjuk rasa itu hanya segelintir orang,” Tambahnya.
Maka dari itu, Syaifur menilai, mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa tersebut tidak bisa dikatakan sebagai perwakilan ataupun respresentasi dari seluruh mahasiswa Unija.
Selain itu, Syaifur menjelaskan, bahwa Unija tidak bisa dibandingkan dengan kampus lain di Madura, karena secara kwalitas dan akreditasi secara nasional, Unija masih lebih baik dibandingkan dengan kampus lain.
“Unija itu akreditasinya sudah B, bahkan prodinya ada yang sudah A (Ilmu Hukum), jadi tidak bisa dibandingkan dengan kampus yang akreditasinya masih C,” Tukasnya. (Lam/Lim)