BANGKALAN, Lingkarjatim.com – Isu bahwa Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Gerindra Jawa Timur mengusulkan pasangan Khofifah Indar Parawansa – Supriyatno sebagai Calon Gubernur dan wakil Gubernuar Jawa Timur mendapat tanggapan serius dari Syafiudin Asmoro yang kini menjabat Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Timur.
Sebelumnya Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Timur Supriyatno menyatakan di beberapa media bahwa DPD Partai Gerindra Jawa Timur sudah mengusulkan pasangan Khofifah – Supriyatno ke DPP Partai Gerindra sebagai calon Gubernur Jatim dan wakil Gubernur Jatim dalam Pilkada serentak tahun 2018 nanti.
Hal itulah yang mendapat tanggapan dari Syafiudin Asmoro yang kini menjabat anggota DPRD Jatim dari Partai Gerindra Dapil Madura. Menurutnya pernyataan Ketua DPD Gerindra Jatim itu terlalu reaktif dan sangat gegabah karena tidak mempertimbangkan dari berbagai aspek kepentingan partai kedepan “Kedepan kita kan punya agenda politik yang lebih besar jadi tidak boleh gegabah,” ujarnya saat ditemui, Kamis (06/07/2017).
Selain itu dikatakannya, DPD Partai Gerindra Jatim mestinya mempertimbangkan kultur dan budaya yang ada di Jawa Timur yang notabene sangat menjunjung tinggi para Ulama dan Kyai. “Jawa Timur ini tidak bisa disamakan dengan DKI Jakarta, kulturnya berbeda dan dinamika politiknya juga beda,” imbuhnya.
Ia juga menyinggung keputusan ke 21 Kiai sepuh NU untuk lebih mencalonkan Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) sebagai Calon Gubernur Jawa Timur. Menurutnya hal itu patut dipertimbangkan juga. “Ya keputusan para Kiai itu patut kita pertimbangkan jangan lantas asal mengambil sikap berbeda,” tutur anggota DPRD Jatim yang mendulang suara terbanyak di Partai Gerindra Jatim pada Pileg tahun 2014.
Menurut sepengetahuannya sampai saat ini DPD Partai Geridra Jatim belum ada kesepakatan untuk menentukan Calon Gubernur Jatim. Oleh karena itu jika Ketua DPD Gerindra Jatim tergesa-gesa mengusulkan Khofifah sangat disayangkan sekali. “Kalau kesepakatan Wakil Gubernur dari kader partai itu memang ada tapi kalau calon Gubernur belum ada,” katanya.
Dijelaskannya, karena isu tersebut banyak masyarakat terutama tokoh Madura yang komplain terhadap dirinya karena dianggap tidak sesuai dengan kultur dan budaya masyarakat Jawa Timur Khususnya Madura. “Ini keputusan yang belum final, disamping saya harus patuh terhadap keputusan partai saya sebagai wakil rakyat juga harus menyampaikan aspirasi rakyat sebagai konstituen saya,” jelasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan di Jawa Timur banyak tokoh-tokoh yang patut untuk dipertimbangkan, seperti La Nyalla M Matalitti yang beberapa waktu terakhir ini sudah melakukan safari politiknya ke berbagai daerah di Jawa Timur. “Juga ada Muh. Nuh mantan Mendiknas dan tidak menutup kemungkinan ada figur lain yang punya kapasitas, akseptabilitas dan elektabitlias yang tak kalah kelasnya dengan nama-nama figur yang sudah beredar,” pungkasnya. (Lim)