PAMEKASAN, Lingkarjatim.com – Mantan Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Dispora Pamekasan Apris Suhaimi dituding menerima fee oleh staffnya sendiri. Fee itu berasal dari anggaran publikasi pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) 2020.
Adalah Mohammad Khairil Anwar, staff di bagian publikasi dan dokumentasi yang membocorkan kasus tersebu. Khairil menyebut total pembiayaan dokumentasi dan publikasi Paskibraka sebesar Rp 2.500.000.
“Itu semua 2.500.000. Terus saya kasih fee 500. Pajak katanya (Apris Suhaimi, Red),” ujar Khairil saat dihubungi wartawan.
Khairil mengaku, pemberian fee tersebut dilakukan tanpa hitam diatas putih. Sebab, dia memberikan fee itu karena percaya kepada atasannya tersebut.
“Secara tertulis tidak ada memang. Sudahlah saya percaya. Kalau saya sistem kepercayaan,” paparnya.
Menurut Khairil, kadang-kadang dirinya membuat spanduk dengan biaya pembuatan dari merogoh kocek pribadi.
“Kadang-kadang disitu muncul suruh buat spanduk. Nah itu saya juga masukkan, berapa itu, hanya 150, itu pribadi saya yang buat,” urainya.
Sementara itu, mantan Kabid Dispora Pamekasan Apris Suhaimi membantah menerima fee tersebut. Dana yang dikabarkan sudah diterimanya belum dicair.
“Uang saja belum keluar masak mau minta fee. Ini fitnah. Tidak masuk akal kan? Saya belum ketemu Khairil, baru kemarin via telfon,” kata Apris.
Apris mengaku meminta Khairil untuk mengklarifikasi ulang terkait dengan permintaan fee tersebut. Menurut dia, khairil tahu dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Rp 11 juta tersebut.
” Rp 2,5 juta itu pajak dari Rp 11 juta. Mungkin dianggap fee (Sama Khairil,Red). Itu Tahun kemarin, kalau tahun sekarang saya tidak ikut-ikutan. Anggaran belum cair,” kelitnya.
Kabid Kepemudaan Dispora Pamekasan Yusuf menyampaikan, dirinya tidak mengetahui secara pasti permasalahan tersebut. Yusuf mengaku juga belum pernah dilibatkan.
“Saya tidak pernah mengikuti masalah itu karena memang tidak dipake juga,” Urainya.
Sayang, Staff bagian publikasi dan dokumentasi Mohammad Khairil Anwar saat di konfirmasi ulang, nomor yang biasa dihubungi tidak aktif. (Adi)