Dianggap Mengurangi Kejantanan Pria, Program MOP di Sampang Tak Diminati

Ilustrasi

SAMPANG, Lingkarjatim.com – Langkah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sampang melalui Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (KBPPPA) setempat dengan menyiapkan berbagai jenis kontrasepsi bagi kaum pria yang bergabung program keluarga berencana minim peminat. Dimana, sejak tiga tahun terakhir, tidak ada yang memasang jenis kontrasepsi dengan metode operasi pria (MOP).

Saat dikonfirmasi, Kabid Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (KBKS) Dinas KBPPPA Sampang Fathorrahman mengatakan, sejak 2017, permintaan pemasangan MOP nihil, padahal setiap kecamatan sudah disiapkan.

Ia menyebutkan, bahwa beberapa faktor yang dinilai menjadi penyebab tidak terserapnya program MOP di Kabupaten Sampang, salah satunya yakni terdapat kesalahpahaman masyarakat terhadap penggunaan MOP. Dimana masyarakat beranggapan bahwa penggunaan MOP bisa mengurangi kejantanan pria.

“Banyak masyarakat keliru persepsi tentang penggunaan KB yang menggunakan MOP yang menilai tidak bisa memiliki keturunan. Padahal, fungsi penggunaan KB untuk mengatur jarak kelahiran,” katanya, Selasa (3/9/2019).

Dikatakan, pihaknya tidak memaksa masyarakat untuk menggunakan kontrsepsi MOP. Pasalnya, kontrasepsi tersebut cocok bagi pasangan yang sudah merasa cukup memiliki anak. Meski begitu, sosialisasi kepada masyarakat akan terus dilakukan.

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa program KB juga berlaku bagi suami, dimana ada dua alat kontrasepsi yang bisa digunakan suami. Yakni, metode operasi pria (MOP) dan kondom. Kondom biasanya digunakan ketika pasangan suami istri (pasutri) hendak berhubungan intim.

Sayangnya, setiap tahun pihaknya memiliki target akseptor yang harus dicapai. Target tersebut berdasarkan ketentuan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Namun, sejak tiga tahun terakhir, target pemasangan MOP tidak tercapai.

“Perkiraan permintaan masyarakat peserta KB baru tahun ini yakni 178 orang. Sementara untuk kontrasepsi MOP jatahnya 14 akseptor. Hingga sekarang, belum ada yang terserap,” tambahnya.

Penyebab lain yang membuat masyarakat enggan memilih MOP karena beredar informasi sepihak yang menyatakan alat kontrasepsi tersebut membahayakan bagi kesehatan pengguna, Padahal, sama sekali tidak bahaya.

“Justrus menyehatkan, nah ini kadang yang membuat masyarakat salah tanggap,” imbuhnya.

Lebih lanjut ia menerangkan bahwa tidak gampang melakukan MOP. Pasalnya, ada sederet pemeriksaan bagi calon akseptor yang ingin menggunakan program tersebut, salah satunya tentang kondisi kesehatan yang bersangkutan.

“Kalau calon akseptor sehat, kami akan melakukan MOP. Tapi kalau sakit, tentu tidak akan diproses,” tandasnya. (Hyd/Lim)

Leave a Comment