Budidaya Lele Dengan Sistem Intensif Lebih Menguntungkan dari Konvensional

Foto: Kepala Dinas Perikanan Kabupaten (Pemkab) Pamekasan Nurul Widiastuti, saat melakukan pemantauan panen budidaya lele dengan sistem intensif di Desa Bulai, Kecamatan Galis.

PAMEKASAN, Lingkarjatim.com -Ternyata budidaya ikan lele di air tawar dengan menggunakan sistem intensif lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem konvensional, baik boster ataupun bioflok.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Perikanan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan Nurul Widiastuti, saat melakukan pemantauan panen budidaya lele dengan sistem intensif di Desa Bulai, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Senin (7/1/2019).

“Untuk budidaya ikan lele dengan air tawar memang menjadi program perioritas dan menajadi target indikator kami dalam pembangunan perikanan di Kabupaten Pamekasan sesuai dengan kewenangan Undang-Undang nomor 23 tahun 2014,” ucap Nurul.

Pihaknya menambahkan, bahwa kenapa dirinya lebih cenderung terhadap budidaya lele di air tawar untuk di perioritaskan, karena cenderung murah dalam investasi juga lebih mudah diterapkan ke masyarakat.

“Nah, dengan begitu maka hal ini saya kira selaras dengan programnya bapak Bupati yaitu mengentaskan kemiskinan, perluasan lapangan kerja. Jadi dengan kegiatan-kegiatan seperti ini peluangnya sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja serta membantu untuk mengurangi tingkat kemiskinan,” ujarnya.

Selain upaya perluasan pemerintah juga mendorong dengan sistem budidaya intensif, karena dengan sistem itu secara logika akan bisa meraup penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan sistem kinfensional.

“Sistem intensif memang lebih baik dibandingkan dengan sistem konvensional, apalagi bagi orang yang sudah paham dengan teknologi secara tradisonal,” imbuhnya.

Sementara Agustin, salah satu pemilik lele yang di budidaya dengan menggunakan sistem intensif mengaku puas dengan hasil yang dia capai.

“Saya sangat puas dengan hasil kali ini, intinya bagi saya sistem intensif itu lebih ringan terhadap pakan, lebih ringan terhadap tenaga serta lebih ringan terhadap lokasi,” ungkap Agustin.

Hasil pantauan Lingkarjatim.com, dari 2.162 bibit yang berada di kolam bundar berdiamiter dua setengah meter dan tinggi satu meter dengan lama memilihara 76 hari, maka bisa meraup hasil Rp. 1.321.000 dari modal keseluruhan Rp. 1.601.000.

“Jadi, menurut saya keuntungan dengan menggunakan sistem intensif memang banyak. Salah satunya pakan lebih hemat sampai 30% dibandingkan sistem konfesional, lebih efisiensi pakarangan serta lebih hemat tenaga dan lebih cepat perkembangannya,” pungkasnya. (Rul/Atep/Lim)

Leave a Comment