Mohammad Kasim Arifin, Mahasiswa IPB yang Dikira Hilang karena Jalani KKN 15 Tahun

Mendapat bantuan dan dorongan untuk meneruskan pendidikan dan meraih gelar Sarjana, Kasim yang mengaku tidak memiliki keahlian menyusun skripsi akhirnya dibantu oleh teman-temannya dengan mengangkat kisah perjuangan Kasim di Waimital sebagai pokok pembahasan pada Skripsinya.

Kasim menceritakan perjalanan membangun Waimital kepada teman-temannya yang mendengarkan dengan penuh haru, mereka menganggap Kasim sebagai sosok yang memberikan bukti nyata akan pengabdian kepada masyarakat melampaui makna dari penugasan yang diterima lewat program KKN itu sendiri.

Tepat pada 22 September 1979, Kasim resmi menjadi sarjana pertanian dan di wisuda. Kasim nyatanya tidak berharap banyak, apa yang bisa diharapkan dari wisuda seorang mahasiswa yang seharusnya sudah berlangsung selama 15 tahun sebelumnya.

Dengan penuh kesahajaannya, Kasim duduk di barisan kursi paling belakang, namun hal tak terduga justru terjadi. Begitu Kasim datang, semua orang berdiri dan bertepuk tangan. Dedikasi yang Kasim lakukan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan membuat banyak orang sangat mengagumi dan menghormatinya.

Walaupun sudah berhasil menyandang predikat sarjana, Kasim tidak lantas berubah, bahkan tetap pada pendirian awalnya. Selepas diwisuda Kasim diketahui kembali ke Waimital dan meneruskan hal-hal yang menjadi tekad dalam pengabdiannya dalam dunia pertanian, padahal saat itu dirinya diketahui mendapat berbagai tawaran pekerjaan yang menjanjikan dari berbagai pihak.

Leave a Comment