Mohammad Kasim Arifin, Mahasiswa IPB yang Dikira Hilang karena Jalani KKN 15 Tahun

Kasim juga dianggap berhasil membangkitkan semangat warga Waimital untuk hidup bergotong-royong. Berkat pembawaannya tersebut, dirinya bahkan mendapat julukan Antua, sebuah julukan bagi orang yang dihormati di Waimital dan Maluku.

Sedari awal melaksanakan KKN dirinya tidak pulang walaupun masa KKN sudah lewat dari waktu yang semestinya, sehingga sempat di beritakan sebagai orang hilang hingga akhirnya diketahui bahwa Kasim memutuskan untuk menetap di Waimital.

Setelah diketahui keberadaannya, yang ternyata menetap di salah satu desa di Pulau Seram tersebut, Kasim kerap kali diminta untuk kembali pulang ke kampung halaman oleh keluarganya ataupun kembali ke kota dimana ia menuntut ilmu untuk menyelesiakan pendidikannya.

Semua itu bukan tanpa alasan, melainnkan karena disaat teman-teman seusianya sudah menyelesaikan pendidikan, menjadi sarjana, dan meraih kehidupan yang berhasil sebagai seorang pejabat atau pengusaha, Kasim masih tetap berpegang teguh pada pendiriannya untuk menetap dan mengabdikan dirinya untuk masyarakat di Waimital sebagai seorang petani yang bersahaja.

Orang tua Kasim yang berada di Aceh diketahui sempat meminta dirinya untuk pulang, namun dia masih bergeming. Tak cukup sampai di situ, Rektor IPB yang kala itu masih dijabat oleh Andi Hakim Nasoetion juga kerap memanggilnya untuk pulang dan menyelesaikan pendidikan, namun tidak ia hiraukan.

Tak mau menyerah begitu saja, sang rektor lalu mengirimkan sahabatnya, Saleh Widodo untuk menjemput Kasim secara langsung. Akhirnya dengan berat hati, Kasim pun mau untuk pulang dan kembali ke Bogor, kota tempat ia menjadi mahasiswa 15 tahun silam.

Leave a Comment