Pemda Harus Gandeng Kyai Khos Edukasi Masyarakat Desa Tentang Corona

Oleh : Hanifudin Sukri*

KELAKAR, Lingkarjatim.com – Saya yakin hampir disemua pelosok desa berita tentang corona hanya setitik bercak saja. Tidak seperti ibu kota provinsi atau kabupaten, di desa masih hidup normal-normal saja.

Orang-orang masih beraktifitas seperti biasanya, masih ke sawah, masih berkumpul dikeramaian acara Tahlilan, Yasinan, Manten dan sebagainya. Mereka belum merasakan mencekamnya serangan corona virus disease 19. Mereka merasa pandemik itu masih jauh dari mereka.

Bagi masyarakat desa, Corona masih sebatas berita yang mereka saksikan dilayar televisi karena belum berdampak langsung pada mereka. Sebagai orang yang khawatir dengan penyebaran virus corona saya mencoba mengingatkan lingkungan sekitar. Mulai dari orang tua sendiri dan tetangga sekitar rumah.

Hasilnya, tetap diremehkan bahkan dibilang menggurui, mendahului Tuhan dan masih banyak lagi sanggahan mereka. Padahal saya sudah menyampaikan simulasi bagaimana seandainya ada yang positif, mereka akan dikarantina, tidak boleh dibesuk, termasuk orang yang pernah kontak, bahkan ketika kemungkinan terburuk mereka meninggal tidak boleh dikubur seperti biasanya. Harus paramedis yang menguburkan, terbatas, tidak dimandikan dan seterusnya.

Sebentar lagi bulan ramadhan akan tiba, ini akan menambah sulit dalam pengendalian penyebaran virus Corona tersebut. Dimana ketika bulan puasa tiba kegiatan sosial meningkat, frekwensi berkumpul juga meningkat dari bulan-bulan biasanya. Kita akan menghadapi kondisi ngabuburit, tarawih, tadarus dan buka bersama. Belum lagi menghadapi arus mudik dari kota-kota besar ke kampung halaman.

Imbauan untuk social distancing oleh pemerintah belum dihiraukan oleh kebanyakan masyarakat desa. Bahkan, Edaran untuk meliburkan sekolah baru efektif 10 hari setelah edaran tersebut diturunkan.

Dengan karakteristik masyarakat desa yang cenderung susah diedukasi secara ilmiah bahkan cenderung susah mengikuti imbauan pemerintah maka sudah selayaknya Kyai yang notabene lebih didengar anjurannya oleh masyarakat desa harus ikut turun tangan berkontribusi untuk memberikan edukasi pada masyarakat desa. Bahwa wabah ini sangat dekat dengan kita.

Kyai punya modal besar dalam tatanan sosial masyarakat desa, fatwanya melebihi efektifnya fatwa lembaga-lembaga formal bahkan pemerintah sekalipun. Kita semua tahu itu. Jika imbauan itu keluar dari kyai kharismatik tempat mereka memondokkan anaknya tidak perlu menggunakan surat resmi atau pengeras suara. Cukup dengan secarik kertas bertuliskan arab pegon madura berisi imbauan dan tertanda kyai tersebut maka masyarakat desa pasti mengikutinya.

Saya yakin, jika itu dilakukan maka akan lebih efektif daripada hanya pemerintah yang mengimbau. Pemda harus menyiapkan skenario dengan kemungkinan terburuk, kita tahu kapasitas paramedis kita, kapasitas fasilitas kesehatan kita, dan kita tahu seberapa cepat penularan virus corana ini. Ini bukan bagaimana menangani penyakit, tapi bagaimana mencegah penyebaran lebih luas.

Tanpa sedikitpun mendiskreditkan peran pemerintah sudah selayaknya pemerintah daerah menggaet para kyai kharismatik dan kyai kampung dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat desa tentang bahaya dan upaya pengendalian penyebaran virus corana sebagai upaya untuk menekan penyebaran di daerah otoritas masing-masing. Masyarakat desa lebih takdzim kepada kyainya, kepada gurunya, daripada pemerintah.

*Penulis Adalah Akademisi Universitas Trunojoyo Madura

Tulisan ini adalah kiriman dari pembaca, isi tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Leave a Comment