26 Tahun Pelihara Sapi Kerap, Sehari Habiskan 150 Butir Telur Untuk Jamu

H.Gozali Tokoh Kerapan Sapi Bangkalan

BANGKALAN, Lingkarjatim.com – Sedikitnya 26 tahun waktu yang sudah ia habiskan untuk menjalani hobinya memelihara Sapi Kerap. Entah berapa pasang sapi kerap yang sudah dia pelihara selama itu, namun pria paruh baya ini mengaku senang menjalani semua itu.

“sekitar 26 tahun mas seingat saya, namanya juga hobi ya,”ujar pria paruh baya ini, saat ditemui Lingkarjatim.com, di stadion kerapan sapi R.P Moh.Noer Bangkalan Minggu (11/10) siang.

Haji Ghozali, atau akrab disapa Ba Helih oleh banyak orang. Sosok ini tentu tak asing bagi pecinta kerapan sapi di Madura. Bersama H.Hamdan, Kepala Desa Lantek Timur, keduanya sukses menahkodai organisasi yang menaungi pecinta kerapan sapi, PERKASA (Persatuan Kerapan Sapi) Bangkalan selama beberapa tahun terakhir.

Bagi Ba Helih, memelihara sapi kerap bukan persoalan yang mudah. Namun kecintaannya terhadap tradisi dan budaya asli Madura ini, tak membuatnya bosan menekuni hobi tersebut selama lebih dari seperempat abad tersebut.

“termasuk mahal biayanya, apalagi kalau sudah mau lomba, selama empat bulanan terakhir, kami harus rutin memberinya jamu. Telur tiap hari tujuh puluh lima biji untuk per ekor sapinya. Berarti 150 butir tiap hari untuk satu pasangnya. Biaya itu belum termasuk perawatan, dan biaya tren (latihan) sapi yang tentu melibatkan tim atau kru sapi terseebut,” papar pria 54 tahun itu.

Bagi pemilik pasangan Sapi Kerap Ciung Wanara itu, hadiah dalam setiap perlombaan yang dia ikuti tentu tak sebanding dengan biaya perawatan dan pemeliharaan sapi kerapnya itu. Namun sekali lagi, hobi dan kecintaannya pada kerapan sapi, membuatnya terus melanjutkan kebiasaannya tersebut.

Menurut Haji Ghozali, Kerapan sapi bukanlah sekedar kesenangan belaka. Lebih dari itu, Kerapan Sapi adalah simbol kebanggaan. Dari tradisi inilah, dia mendapatkan penghormatan dari publik. Sebab, tak banyak orang yang mampu menekuni budaya lama, yang masih dipertahankan hingga saat ini tersebut.

Dirinya berharap, anak-anak muda Madura di masa yang akan datang, tetap mampu mempertahankan tradisi ini. Tetap merasa bangga dengan kerapan sapi, kendati modernitas dan arus budaya barat kini tengah gencar menerpa kalangan muda Madura. (jos)

Leave a Comment