PRABOWO IS MY PRESIDENT

Oleh: Nizar Zahro*

Lingkarjatim.com – Entah siapa yang memulai, tiba-tiba saja muncul opini yang mendudukkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai Cawapres, dipasangkan dengan Jokowi sebagai Capresnya. Opini sesat tersebut diperkuat dengan seabrek argumentasi fiktif yang seakan Partai Gerindra lah yang akan diuntungkan oleh adanya duet tersebut.

Argumentasi fiktif itu misalnya, Partai Gerindra akan terhindar dari potensi rasa malu jika Pak Prabowo kalah untuk yang ketiga kali. Dan juga pendukung Partai Gerindra tidak akan merasakan kecewa lagi, apalagi Pilpres 2014 masih menyisakan luka kekalahan yang menganga.

Dan anehnya, meskipun telah dibantah berkali-kali oleh jajaran DPP Partai Gerindra, namun tidak menyurutkan penggiringan opini menyesatkan tersebut. Bantahan DPP Gerindra dianggap angin lalu karena setiap bantahan langsung ditimpa dengan serbuan argumentasi palsu.

Terlebih aneh lagi, para elit parpol pendukung pemerintah juga mulai tak segan-segan tampil sebagai pemproduksi argumentasi palsu. Karena kali ini yg menyampaikan adalah elit politik, maka bahasanya pun disesuaikan jadi agak intelek sedikit, misalnya, bahwa duet Jokowi-Prabowo akan memperkuat soliditas bangsa dan mencegah gesekan antar kelompok masyarakat.

Opini tersebut bagi keluarga besar Partai Gerindra adalah suatu usaha pembusukan terhadap usaha Partai Gerindra merebut kekuasaan di Pemilu 2019. Bagi Gerindra, harum kemenangan sudah tercium di depan mata. Perjuangan panjang yg sudah dilalui dengan berdarah-darah sebentar lagi akan tertebus dengan duduknya Bapak Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia.

Wajar jika ada pihak-pihak yang gemetaran melihat membesarnya Partai Gerindra. Rakyat mulai berbondong-bondong memberikan dukungan kepada Gerindra dan Pak Prabowo. Rakyat mulai sadar bahwa selama ini telah dibohongi oleh politik pencitraan.

Pilkada Jakarta bisa menjadi pijakan dimana kandidat yang didukung oleh kekuasaan dapat ditumbangkan oleh kandidat yang diusung oleh Partai Gerindra dengan angka selisih yang telak.

Tuntutan perubahan nyata di depan mata. Rakyat mulai sadar bahwa selama ini tersesat oleh giringan opini sesat. Maka timbullah gerakan penyadaran untuk mencari pemimpin sejati. Pemimpin yang tampil apa adanya dan tidak bersembunyi dalam topeng pencitraan.

Lihatlah rakyat sudah mulai berani menyuarakan kehendaknya. Peristiwa diserangnya akun instragram Presiden Jokowi oleh lebih dari 650 ribu kritikan tidak bisa dianggap sebelah mata. Rakyat sudah berani melompati pagar ancaman hate speech. Rakyat sudah tidak peduli jika yang dilakukannya bisa menjeratnya ke penjara.

Itulah yang dilihat oleh lawan politik Pak Prabowo. Diakui atau tidak, rakyat semakin menaruh harapan besar kepada Pak Prabowo untuk membawa Indonesia keluar dari lilitan berbagai persoalan kebangsaan. Sementara di sisi lain tepatnya dari dalam istana, diterima atau tidak, lilitan kebangsaan kian hari kian kencang dan menyesakkan.

Rupiah terkoreksi tajam dan tidak menutup kemungkinan akan mencium level Rp. 15.000 per dollar AS. Hutang makin menumpuk mencapai Rp. 4.636 triliun. Indikator-indikator lain juga menunjukkan level suram. Proyek listrik 35.000 MW nyatanya terealisasi hanya 3,8 persen saja. Proyek-proyek infrastruktur lainnya juga satu-persatu mulai ambruk.

Menghadapi kenyataan pahit tersebut, janganlah tarik-tarik Pak Prabowo dalam lilitan persoalan Istana. Kalau memang sudah tidak sanggup, lebih baik kibarkan bendera putih. Bukan level Pak Prabowo menjadi Cawapres. Pak Prabowo siap menjadi presiden secara demokratis dan akan menuntaskan persoalan-persoalan kebangsaan secara tuntas.

*Ketua Umum SATRIA GERINDRA

Leave a Comment